Senin, 21 Maret 2016

Pengertian Kemandirian

istilah " kemandirian" berasal dari kata "diri" yang mendapat awalan "ke" dan akhiran "an", kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. karena kemandirian berasal dari kata dasar "diri" maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. konep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian adalah autonomy. menurut (Chaplin dalam Desmita 2010 hlm.185) otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. sedangkan Seifert dan Hoffnung (1994) mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai " the ability to govern and regulate one's own thoughts, feelings, and actions freely and responssibly overcoming feelings of shame and doubt." berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas dan berusaha sendiri untuk menghadapi perasan malu dan keraguan.

Bentuk-bentuk kemandirian
robert Havighurst (1971) membedakan kemandirian atas tiga bentuk kemandirian yaitu :
  • kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain
  • kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain.
  • kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai maasalah yang dihadapi
  • kemandrian sosial yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.

sumber :
desmita, 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik , Bandunnng: Rosda Karya

Minggu, 08 November 2015

POLA ASUH ORANG TUA

Menurut baumrind (dalam Dariyo, 2007, 206) ada 4 jenis poa asuh  yakni (1) otoriter (authoritarian) (2) premisif (permisiv) (3) demokratis (authortative) dan (4) situational (sititational)
1.       Pola asuh otoriter
dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan maupun kehendak dijadikan patokan (aturan) yang harus di taati oleh anak-anak, supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anakny. Rang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah , maka sering kali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantunya . kondisi tersebut  mempengaruhi perkembangan diri anak , banyak anak yang d didik dengan pola asuh ototiter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suka membantah, membrontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial. Kadang-kadang anak tidak mempunyai sikap  peduli, antipasti, pesimis dan anti sosial . hal ini akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, atau ide pemikiran maupun inisiatifn, apapun yang dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tua nya.
2.       Pola asuh permisif
Seballiknya dengan tope pola asuh permisif ini , orang tua  justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara uas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua tuntutan dan kehendak anaknya.  Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat di tentukan oleh kemauan dan keinginan anak, jadi anak merupakan sentral dari egala aturan dalam keluarga dengan demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat, maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah di perhatikan oleh anak.
Bila anak mamu mengatur seluruh pemeikiran , sikap dan tindakannya dengan baik kemungkingan untuk mengembangkan kreativitas dan bakatnya. Seingga ia menjadi seorang individu tak banyak di temui dalam kenyataan, karena sebagaian besar anak tdak mampu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
 Besar anak tidak mampu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik,baiknya . mereka justru menyalahgunakan suatu kesempatan, sehingga cenderung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai norma dan aturan-aturan sosial. Dengan demikian perkembangan diri anak cenerung menjadi negative.
3.       Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis (authoritative) ialah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkn pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orangtua. Baik orangtua maupn anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mdencapai suatu keputusan . dengan demikian orangtua dan anak  dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat secara konstruktif, logis, rasional demi mencapai kesepakatan bersama , krena hubungan komunikasi antara orangtua dengan anak dapat berjalan menyenangan, maka  terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada dri anak. Anak makin mandiri, matang dan  dapat berjlan secara efektif bila ada (3) syarat yaitu :  (1) orang tua dapat menjalan fungsi sebgai orang tua yang memeri kesempata kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya (2) anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orangtua belajar orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya (3) orang tua  belajar memberi kepercayaan dan tanggungjawab terhadap anaknya.
4.       Pola asuh situasional

Tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang menerapkan pola asuh tak tahu apa nama/jenis pola suh yang dipergunkn, sehingga secara tak beraturan menggunakan pola suh permisif, otoriter maupun demokratis . hal ini disesuaikan dengn kondisi, situasi tempat dan waktu setiap kelurarga yang bersangkutan


referensi
Dariyo, A . (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama . Bandung : PT Refika Aditama

Minggu, 11 Oktober 2015

RPPH TEMA KEBUTUHANKU SUB TEMA MINUMAN

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN (PEMBIASAAN)
SEMESTER / MINGGU                     : I / 8
                                                 TEMA / SUB TEMA                          : KEBUTUHANKU / MINUMAN
                KELOMPOK USIA                            : 5-6 TAHUN
                                        HARI / TANGGAL                            : KAMIS, 8 OKTOBER 2015

Model Pembelajaran : Kelompok 

MUATAN MATERI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALAT / SUMBER BELAJAR
PENILAIAN
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
BELUM MUNCUL


I.KEGIATAN PEMBUKA





Aturan menyanyikan lagu Indonesia Raya

Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Buku kumpulan lagu
2.8 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar
S:Percaya diri dan berani menyanyikan lagu
P:Menyebutkan aturan ketika bernyanyi
K:Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar


Aturan dalam berdoa
Berdoa
Buku kumpulan doa
3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntutan orang dewasa
S:Tertib, khusyu, disiplin
P: Dapat menyebutkan aturan dalam berdoa
K: Dapat berdoa dengan tertib, khusyu


Aturan bersalaman
Bersalaman

2.14 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun dan rendah hati kepada orang tua, pendidikan/pengasu, dan teman
S: Sopan dan santun ketika bersalaman
P: Mengetahui aturan bersalaman
K: Dapat bersalaman dengan santun


Tata cara berbagi cerita/bergantian berbicara
Berbagi Cerita
Kotak Cerita
2.5 Memilki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
S: percaya diri, berani ketika bercerita
P: Menyebutkan aturan pada kegiatan berbagi cerita
K: Dapat bercerita/bertanya secara bergantian



II. KEGIATAN INTI





-kebutuhanku (minuman sehat)
-menyebutkan macam-macam minuman , fungsi, warna minuman sehat


-    Aturan lomba mengisi air kedalam cangkir menggunakan spons










-    Kebutuhanku salah satunya (minuman sehat)
-    Berbagai kosa kata tentang, nama, rasa, warna , minuman
-    Cara/teknik kegiatan seni yang berkaitan dengan minuman


Menyanyikan lagu “macam-macam rasa”







Lomba mengisi air kedalam cangkir menggunakan spons










SAINTIFIC
“Mencampurkan berbagai macam rasa minuman “
1. Memberi kesempatan anak untuk menyebutkan berbagai macam minuman
2.  Memberi kesempatan anak untuk mengamati dan merasakan berbagai macam minuman

3. Menggali informasi yang sudah didapat anak dari hasil pengamatannya tentang rasa minuman dan macam-macam minuman

4. mendorong anak untuk banyak bertanya tentang minuman


Kelompok 1
Bermain tulisan










Kelompok 2
Bermain bilangan








Kelompok 3
Berkreasi dengan gelas akua






RECALLING
1.Membereskan alat yang telah digunakan
2.Menceritakan dan menunjukkan hasil karya
3. Memberi penguatan atas pengetahuan yang didapat
4.Mendiskusikan perilaku yang kurang tepat pada saat melakukan kegiatan.

Buku kumpulan lagu



Anak, spons, cangkir, ember






Cangkir, sendik, tempat minum , the , susu, kopi, dll






Lks, dan lem kertas


Lem, LKS






Lem, lks





1.5 Memiliki perilaku yang mencerminakan sikap percaya diri
2.2 memiliki perilaku yang mencerminkan rasa ingin tahu

4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan halus






2.2 memiliki perilaku yang mencerminkan rasa ingin tahu

3.12 mengenal keaksaraan awal melalui bermain









3.12 Mengenal keaksaraan awal melalui kegiatan bermain
4.12 Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai bentuk karya





4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan mengguna-kan berbagai media



3.11Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal)
4.11Menunjukkan kemampuannya berbahasa eskspresif (mengungkapkan bahasa verbal dan non verbal)
S:Mengahargai diri sendiri dan rasa syukur
P: Dapat menyebutkan macam-macam rasa minuman
K: Dapat menyanyikan  melalui lagu “macam-macam rasa”

S: Percaya diri, disiplin dalam melakukan koordinasi gerak tubuh melalui lomba mencari nomor
P:Dapat menyebutkan aturan permainan lomba mencari nomor
K: Dapat mengikuti lomba mencari nomor dengan percaya diri dan disiplin

S:percaya diri dalam menyebutkan macam-macam minuman
P: menyebutkan berbagai rasa minuman
K: dapat menjawab pertanyaan dengan berani dan tepat















S: Mandiri, tanggungjawab ketika melakukan kegiatan nermain tulisan
P:Menyebutkan konsep bilangan
K:Dapat mecocokan tulisan utuh dengan tulisan yang terputus-putus



S:Mandiri, tanggungjawab ketika melakukan kegiatan bermain bilangan
P:Mengetahui letak dan susunan bilangan
K: Dapat menyusun gambar sesuai angkanya


S:Mandiri, tanggungjawab ketika melakukan kegiatan berkreasi dengan akua
P: Mengetahui krya yang akan anak buat sesuai dengan kreasinya sendiri
K:Dapat berkreasi dengan akua













III.                                                                                                                                                                                                                                  IISTIRAHAT





Aturan bermain di luar

Aturan ketika mencuci tangan

Aturan pada kegiatan bermain
Bermain di luar


Cuci tangan



Makan bersama
Alat main di luar
Air, lap, sabun

Peralatan makanan
2.7 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap sabar
S: Disiplin, sabar menunggu giilran pada kegiatan bermain, cuci tangan, makan bersama
P: Menyebutkan aturan pada kegiatan: bermain, cuci tangan, makan bersama
K: Dapat mengikuti aturan  pada kegiatan: bermain, cuci tangan, makan bersama





IV.KEGIATAN PENUTUP





Aturan ketika mengajukan dan menjawab pertanyaan













Aturan ketika berdoa
Diskusi kegiatan hari ini















Doa pulang









Buku kumpulan doa
Buku kumpulan lagu
3.1   MMemahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa seacara verbal dan non verbal)
4.11 Menunjukkan kemampuannya berbahsa ekpresif (mengungkapkan  bahasa seacara verbal dan non verbal)

3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntutan orang dewasa

S: Percaya diri, berani ketika mengungkapkan jawaban/pertanyaan
P: Menyebutkan aturan ketika tanya jawab
K: Dapat menjawab pertayaan dengan benar



S: tertib, khusyu, disiplin ketika berdoa
P:Dapat menyebutkan aturan dalam berdoa
K: Dapat berdoa dengan tertib, khusyu


Selasa, 19 Mei 2015

makalah perkembangan bahasa anak

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
       Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang krusial dimana pada masa ini anak sangat potensial untuk menyerap segala informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh keluarga maupun dari sekolah. Pemberian pengetahuassn bermula dari komunikasi yang berlangsung antara anak dan orang dewasa. Komusikasi sangat penting dilakukan antara anak dan orang dewasa untuk mengetahui respons anak terhadap apa yang kita utarakan  Sejak masa kandunganlah kita harus berkomunikasi dengan anak. Bahasa merupakan alat komunikasi kita dengan sesama manusia, dengan bahasa kita dapat mengutarakan dan mengekspresikan pikiran dan perasaan kita pada lingkungan dan sesama. Begitu juga anak, mereka mengekspresikan perasaannya dengan cara mereka sendiri.
       Dilihat dari fungsinya bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa manusia mulai sejak ia dilahirkan yaitu saat menangis ketika ia lahir ke dunia sampai mampu bertutur kata, dan perkembangannya begitu pesat, selalu meningkat pesat sesuai dengan meningkatnya usia anak.
       Orang tua merupakan tempat pertama anak untuk berkomunikasi, untuk berbahasa yang baik dan benar, maka dari itu sebagai orang tua ataupun guru maupun orang dewasa lainnya harus memiliki sensitivitas mengenai perkembangan bahasa yang dimiliki oleh anak. Deteksi sedari dini perkembangan bahasa anak dapat meminimalisasi hambatan-hambatan yang terjadi dan dapat melakukan stimulasi apa yang terbaik bagi perkembangan bahasa anak usia dini. Sehingga anak dapat berkembang dan berkomunikasi dengan lingkungannya sebagaimana mestinya.


B.     Rumusan Masalah
       Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.      Apakah yang di maksud dengan bahasa ?
2.      Bagaimanakah bahasa berkembang ?
3.      Bagaimana pengaruh factor biologis dan lingkungan terhadap bahasa ?
4.      Apakah yang di maksud dengan fonologi dan morfologi ?

C.    Prosedur Penulisan
       Penulis menggunakan pedoman karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia sebagai acuan dalam penyusunan makalah ini. Selain daripada itu penulis pun menggunakan sumber-sumber berupa buku yang mengacu pada relevansi judul makalah ini.

D.    Sistematika Penulisan
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIS
BAB 1 PENDAHULUAN : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Prosedur Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB 2 KAJIAN TOERI : menejlaskan definisi bahasa, semantic, pragmatic, menjelaskan bahasa tubuh, pengaruh factor biologis dan lingkungan, fonologi, dan morfologi
BAB 3 ASESMEN (ALAT UKUR)
1.      Wawancara
2.      Daftar ceklis
3.      Catatan Anekdot
BAB 4 DATA LAPANGAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kajian Teori
1.      Mendefinisikan Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi-baik yang diucapkan, ditulis, atau diisyaratkan-yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.(Santrock, 2012). Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh komunitas serta ketentuan-ketentuan yang dipoerlukan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut. Kita membutuhkan bahasa agar dapat bercakap-cakap dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa memungkinkan kita untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi secara terperinci dan untuk merencanakan masa depan. Bahasa memungkinkan kita untuk menyampaikan informasi dari generasi satu ke generasi berikutnya dan menciptakan suatu barisan budaya yang kaya.
Semua bahasa manusia memiliki sejumlah karakteristik umum (Berko Gleason, 2009 dalam Santrock, 2012). Karakteristik ini mencakup generativitas yang tidak terbatas maupun ketentuan-ketentuan yang terorganisasi. Generativitas tak terhingga (infinitive generativity) adalah kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tak terbatas dengan menggunakan serangkaian kata dan ketentuan yang jumlahnya terbatas
1.1  System-Sistem Aturan Bahasa
Penulis Amerika abad kesembilanbelas Ralph Emerson mengatakan “Dunia dibangun secara teratur, dan atom-atomnya berbaris secara rapi,” ia pasti sedang berfikir mengenai bahasa. Bahasa sangatlah teratur dan terorganisasi (Berko Gleason, 2005 dalam Santrock, 2012). Organisasi bahasa melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi, sintaksis, ilmu semantik, dan pragmatik.
Ø  Fonologi
Semua bahasa tersusun atas bunyi-bunyi dasar. Fonologi merupakan studi mengenai sistem bunyi bahsa, mengenai bunyi-bunyi biasa digunakan dan kombinasinya. (Menn&Stoel-Gammon, 2009 dalam Santrock, 2012). Fonologi menjadi dasar untuk membangun menyusun serangkaian kata-kata yang bersumber dari dua atau tiga ribu fonem. Fonem adalah satuan bunyi dasar dalam bahasa; fonem merupakan satuan bunyi terkecil dari bunyi bahasa yang mempengaruhi makna. Sebagai contoh dalam bahasa indonesia, /h/ membedakan makna kata harus dan arus, adalah fonem. Pada kedua contoh tadi terdapat perbedaan bunyi yang tipis dan memiliki makna yang berbeda.
Ø  Morfologi
Morfologi merujuk pada unit-unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Korfem adalah unit makna terkecil; morfem berupa sebuah kata atau suatu bagian dari sebuah kata yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi bagian lebih kecil yang masih bermakna. Setiap kata dalam bahasa Inggris dapat tersusun atas satu morfem atau lebih . beberapa kata dapat terdiri atas sebuah morfem tunggal (co: help), sementara kata lainnya terdapat atas lebih dari satu morfem  (mis: helper memiliki dua morfem, help + er, dengan morfem –er berarti “orang yang”, dalam kasus ini berarti “orang yang membantu”. Dengan demikian tidak semua morfem adalah kata; mis: pre-, -tion, dan –ing. Ketentuan morfologi mendeskripsikan bagaimana satuan-satuan yang bermakna (mofrem) dapat dikombinasikan menjadi kata-kata. Morfem memiliki banyak tugas dalam tatabahasa.
Ø  Sintaksis
Sintaksis mencakup bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang masuk akal. Contoh: “Bob memukul Tom” atau “Bob dipukul oleh Tom”. Dari dua kalimat tersebut dapat dibedakan siapa yang memukul dan dipukul. “Hari ini itu kalian kami pergi pasar” kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak diperbolehkan karena selain rancu, tatabahasanya pun tidak benar.
Ø  Smantik
Semantik merujuk pada makna kata atau kalimat. Setiap kata memiliki seperangkat karakteristik semantik yang diperlukan sebagai atribut yang berkaitan dengan makna. Menurut  Li, 2009; Pan dan Uccelli, 2005 dalam (Santrock, 189: 2012) menyebutkan bahwa masing-masing kata memiliki batasan semantik mengenai bagaimana kata-kata itu dapat digunakan dalam kalimat.
Ø  Pragmatik
Pragmatik adalah perangkat terakhir dari ketentuan-ketentuan bahasa, yakni penggunaan bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda. Pragmatik melibatkan sejumlah besar wawasan Bryant 2009 (Santrock, 189: 2012). Terdapat lima sistem ketentuan penting dalam berbahasa, yaitu :
Sistem ketentuan
Deskripsi
Contoh
Fonologi
Sistem bunyi bahasa. Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang terdapat dalam bahasa
Kata chat memiliki tiga fonem atau bunyi :/ch/a/t/. contoh dari ketentuan fonologis dalam bahasa inggris, fonem /r/ dapat mengikuti fonem /t/ atau /d/ dalam kelompok konsonan inggris (misalnya track atau drab) tapi fonem /I/ tidak dapat mengikuti fonem-fonem tersebut.
Morfologi
Sistem mengenai satuan-satuan bermakna yang digunakan untuk membentuk kata.
Satuan bunyi terkecil yang memiliki makna disebut morfem, atau satuan makna. Kata girl adalah sebuah morfem, atau satuan makna; ketika akhiran s ditambahkan, kata itu menjadi girls dan memiliki dua morfem karena s mengubah makna dari kata dari kata tersebut, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari satu girl.
Sintaksis
Sistem mengenai cara mengkombinasikan kata-kata untuk membentuk frase dan kalimat yang masuk akal
Dalam bahasa inggris, urutan kata sangat penting dalam menentukan makna. Sebagai contoh, kalimat “ sebastian pushed the bike” (sevastian mendorong sepeda itu) memiliki makna yang berbeda dari “the bike pushed sebastian”  (sepeda itu mendorong sebastian)
Semantik
Sistem mengenai makna kata atau kalimat
Mengetahui makna dari masing-masing kata – yakni, kosakata (vocabulary). Sebagai contoh, semantik berarti mengetahui makna dari kata-kata seperti orange (jeruk), transportation (transportasi) dan intellegent (cerdas)
Pragmatik
Sistem mengenai cara menggunakan percakapan yang sesuai dengan pengetahuan mengenai cara menggunakan bahasa secara efektif sesuai konteksnya
Salah satu contohnya adalah menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi yang sesuai, seperti mengikuti tata-krama apabila berbicara kepada guru. Mengetahui giliran untuk berbicara dalam sebuah percakapan adalah sebuah penerapan pragmatik.


2.      Bagaimana Bahasa Berkembang
Menurut ahli sejarah kuno, penguasa jerman di abad ketigabelas, Frederick II, pernah mencetuskan gagasan yang kejam , ia ingin mengetahui bahasa seperti apa yang akan di gunakan anak-anak apabila tidak seorang pun pernah berbicara mereka. Apapun bahasa yang mereka pelajari , bayi diseluruh dunia mengikuti jalur perkembangan bahasa yang sama. Tonggak-tonggak bersejarah apakah yang di capai dalam perkembangan ini ? simak pembahasannya di  bawah ini .
2.1  Mengenali Bunyi Bahasa
sebelum memulai mempelajari kata-kata, bayi dapat mengenali perbedaan yang halus diantar bunyi-bunyi bahasa menurut Sachs,2009 dalam (Santrock, 190: 2012). Dalam penelitian Kuhl (Santrock, 189: 2012) menyebutkan bahwa fonem-fonem bahasa dari seluruh dunia diperdengarkan melalui sebuah pengeras suara kepada bayi, penelitian Khul 2007 ini telah mendemonstrasikan bahwa sejak lahir hingga usia 6 bulan, bayi adalah “warga dunia” : mereka hampir mengenali apabila terjadi perubahan bunyi, tidak peduli dari bahasa apa suku-kata yang yang diperdengarkan itu. Namun selama enam bulan berikutnya, bayi semakin dapat menangkap perubahan bunyi dari bahasanya “sendiri” (yakni bahasa yang diucapkan oleh orang tuanya) dan secara bertahap kehilangan kemampuan untuk mengenali perbedaan-perbedaan bunyi yang tidak penting dalam bahasa mereka sendiri.
Menurut Jusczyk, 2000 dalam (Santrock, 189: 2012) menyebutkan bahwa bayi harus mencermati setiap kata, satu persatu, dari rentetan bunyi dalam percakapan sehari-hari. Bayi sudah dapat mulai mendeteksi batasan kata di usia 8 bulan. Sebagai contoh sebuah studi yang dilakukan oleh Jusczyk dan Hohne, 1997 (Santrock, 189: 2012) dimana bayi yang berusia 8 bulan didengarkan rekaman kisah yang mengandung kata-kata yang tidak umum. Dua mingu kemudian bayi tersebut diberikan dua daftra kata, yang pertama daftar kisah yang tersusun kata-kata tadi dan yang kedua tersusun kata-kata baru yang tidak umum yang tidak muncul dalam kisah tadi dan bayi mendengarkan kata-kata yang familiar baginya selama dua kali lebih lama.
2.2  Celotehan dan vokalisasi lain
sebelum bayi mampu menyuarakan kata-kata baku, mereka sudh mampu membuat berbagai vokalisasi menurut Sachs 2009 dama (Santrock, 189: 2012) lalu menurut Lock 2004 dalam (Santrock, 189: 2012) menyebutkan jika komunikasi awal berfungsi sebagai latihan suara, komunikasi, dan untuk menarik perhatian orang lain, urutan bayi dalam kemampuannya membuat bunyi-bunyian :
Ø  Menangis
Bayi sudah dapat menangis saat kelahirannya, tangisan dapat mengindikasikan kondisi gelisah, namun kondisi menangis dapat mengindikasikan kondisi yang berbeda-beda.
Ø  Mendekut
Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan menurut Menn dan Stole-Gannon,2009 dalam (Santrock, 189: 2012) bunyi tersebut bersumber dari belakang tenggorokan biasanya mengekspresikan rasa senang ketika berinteraksi.
Ø  Celoteh
Di pertengahan tahun pertama kehidupannya, bayi berceloteh (babbling) yaitu, mereka menghasilkan rangkaian kombinasi konsonan vocal seperti “ ba, ba, ba, ba”
2.3  Bahasa Tubuh
Memperlihatkan sesuatu, menunjuk barang atau kearah sesuatu pada sekitar usia 8 hingga 12 bulan merupakan cara bayi mulai menggunakan bahasa  tubuh. Contoh seperti melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Menunjukkan seekor kucing agar orang lain memperhatikan. Sejumlah bahasa tubuh awal disebut dengan simbolik. Menurut para ahli bahasa, gerakan menunjuk adalah indikator penting dari aspek sosial bahasa, dan berkembang sesuai urutan ini : gerakan menunjuk tanpa mengecek pandangan pandangan orang dewasa didekatnya, hingga gerakan menunjuk semari memandang bolak-balik antara objek yang ditunjuk dan orang dewasa didekatnya (Goldin – Meadow, 2010; Rowe & Goldin – Meadow, 2009a). Salah satu kegalalan anak dalam gerak-gerik merupakan masalah dalam kommunikasi bayi yang bersangkutan, ini merupakan salah satu anak autis.
2.4  Kata – kata Pertama
Anak-anak telah memahami kata-kata pertama mereka sebelum mampu mengucapkan (Pan & Uccelli, 2009).  Pada usia 5 bulan anak sudah mengenali namanya, ketika orang lain menyebutkan. Pada umumnya bayi mehami 50 kata diusia 13 bulan, namun mereka tidak dapat menyebutkan, sampai hingga 18 bulan. (Liebergott & Schultz,1995).
Kosa kata yang diucapkan bayi akan meningkat pesat setelah ia mampu mengucapkan kata pertamanya (Pan & Uccelli, 2009). Pada bayi berusia 18 bulan dapat mengucapkan 50 kata, namun pada usia 2 tahun mereka dapat mengucapkan sekitar 200 kata. Peningkatan kosatakata yang pesat sejak usia sekitar 18 bulan disebut dengan  vacabulary spurt atau lonjakan kosakata (Bloom, Lifter & Broughton, 1985).
2.5  Ungkapan Dua – Kata
Ketika beruia 18 sampai 24 bulan, anak-anak biasanya mengucapkan ungkapan yang terdiri dari kata-kata. Dalam upaya mengungkapkan makna dari ungkapan yang hayan terdiri dua kata ini, anak-anak banyak mengandalkan bahasa tubuh , nada, dan konteks. Kekayaan makna yang dapat dikomunikasikan anak-anak melalui ungkapan dua-kata ini adalah (Slobin, 1972):
-          Identifikasi: “Lihat anjing.”
-          Lokasi: “Buku itu.”
-          Pengulangan : “Susu lagi”
-          Negasi/sangkalan: “Bukan serigala.”
-          Kepemilikan: “Permen saya.”
-          Sifat: “Mobil besar.”
-          Orang lain –tindakan (agent-action): “Ibu berjalan.”
-          Tindakan – objek langsung (action – direct object): “Tabrak kamu.”
-          Tindakan – objek tidak langsung (action – indirect object): “Beri papa.”
-          Tindakan-alat (action intrument): “Potong pisau”
-          Pertanyaan: “Mana bola
Contoh-contoh ini diambil dari anak-anak yang menggunakan bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Filandia, Turki atau Samoa sebagai bahasa pertama. Bahwa semua ungkapan yang diatas mengabaikan banyak bagian dari pembicaraan yang ringkas. Pada kenyataannya di semua bahasa, kombinasi-kombinasi kata pertama yang telah diucapkan oleh anak memiliki kualitas ekonomis; semua kombinasi itu ersifat telegrafis. Berbicara telegrafis (telegraphic speech) adalah penggunnaan kata-kata yang singkat dn tepat tanpa menggunakan kelengkapan tata-bahasa seperti artikel, kata kerja tambahan, dan kata-kata penghubung lainnya.
3.      Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan
3.1  pengaruh Faktor Biologis
Kemampuan untuk berbicara dan memahami bahasa melibatkan peralatan vocal tertentu dan juga sistem saraf dengan kemampuan tertentu. Sistem saraf dan peralatan vocal yang dimiliki oleh leluhur manusia telah mengalami perubahan selama ratusan ribu atau jutaan tahun. Seiring kemajuan dalam sistem saraf dan struktur vocal, homo sapiens tidak sekedar mendengkur dan melengking seperti hewan lain, namun mengembangkan kemampuan berbicara. Meskipun perkiraannya bervariasi, para ahli menduga bahwa kemampuan berbahasa manusia dimiliki sejak sekitar 1000.000 tahun lalu. Ini merupakan kemampuan yang belum lama diperoleh, apabila dilihat dari konteks masa evolusi. Kemampuan ini membuat manusia unggul dibandingkan dengan hewan-hewan lain dan dapat meningkatkan peluang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Sejumlah sarjana bahasa berpendapat bahwa adanya persamaan yang nyata, dalam hal bagaimana anak-anak di seluruh dunia memperoleh kemahiran berbahasa, merupakan bukti yang kuat bahwa bahasa memiliki basis biologis. Terdapat bukti yang memperlihatkan bahwa daerah tertentu di otak cenderung digunakan untuk bahasa (Bortfeld, Fava, & Boas, 2009; Spocter & kawan-kawan, 2010). Dua daerah yang terlibat dalam bahasa ini pertama kali ditemukan dalam studi terhadap individu yang mengalami kerusakan otak. Dua daerah di otak itu adalah daerah Broca, suatu daerah di lobus frontal kiri yang terlibat dalam pemrosesan kata-kata, dan daerah Wernicke, suatu daerah di hemisfer kiri otak yang terlibat dalam pemahaman bahasa. Kerusakan di salah satu daerah ini mengakibatkan aphasia, yakni kehilangan atau kerusakan dalam kemampuan berbahasa. Individu yang mengalami kerusakan di daerah Broca akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan kata-kata secara tepat; individu yang mengalami kerusakan di daerah Wernicke akan memiliki pemahaman yang buruk dan sering kali menghasilkan pembicaraan yang lancar namun tidak dapat dipahami/
Ahli bahasa Noam Chomsky (1957) menyatakan bahwa manusia telah memiliki kemampuan biologis untuk mempelajari bahasa pada waktu dan cara tertentu. Ia mengatakan bahwa anak-anak dilahirkan ke dunia dengan alat penguasaan bahasa (Language Acquisition Device-LAD), suatu perlengkapan biologis yang memungkinkan anak untuk mendeteksi cirri dan ketentuan bahasa yang mencakup fonologi, sintaksis, dan semantic. Contohnya, anak-anak dilengkapi oleh alam dengan kemampuan untuk mendeteksi bunyi-bunyi bahasa dan mengikuti ketentuan-ketentuan membentuk kata jamak atau mengajukan pertanyaan.
LAD yang diusulkan oleh Chomsky merupakan sebuah konstruk teoretis, bukan merupakan bagian fisik dari otak. Apakah terdapat bukti yang mendukung adanya LAD? Para pendukung konsep LAD menyebutkan bahwa adanya keseragaman, dalam periode periode perkembangan bahasa untukberbagai bahasa dan budaya, membuktikan bahwa anak-anak dapat membentuk bahasa meskipun tidaki memperoleh masukan yang baik dan secara biologis mempunyai kemampuan bawaan untuk berbahasa. Namun kita akan segera meilhat kritik-kritik yang menyatakan bahwa meskipun bayi memiliki perlengkapan semacam LAD, fakta ini tidak dapat menjelaskan keseluruhan kisah pemerolehan bahasa.
3.2  Pengaruh faktor lingkungan
Beberapa dasawarsa yang lalu, para tokoh perilaku menentang hipotesis Chomsky dengan menyatakan bahwa bahasa hanya merepresentasikan rangkaian respons yang diperoleh melalu penguatan (Skinner, 1957). Bayi tanpa sengaja berceloteh “Ma-ma”; Mamanya menghadiahinya dengan pelukan dan senyuman; bayi kemudian mengatakan “Mama” berulang-ulang. Menurut para ahli perilaku, bahasa bayi dibangun sedikit demi sedikit. Menurut para ahli perilaku, bahasa merupakan keterampilan kompleks yang diperoleh melalui belajar, seperti halnya bermain piano dan  menari. Pandangan teori-teori perilaku mengenai pembelajaran bahasa mengandung beberapa persoalan. Pertama, pandangan teori-teori perilaku tidak menjelaskan bagaimana manusia dapat menciptakan kalimat-kalimat baru—kalimat-kalimat yang belum pernah dipelajari atau didengar sebelumnya. Kedua, anak-anak mempelajari sintaks dari bahasa asli mereka meskipun seandainya mereka tidak memperoleh penguatan ketika melakukannya. Psikolog sosial Roger Brown (1973) meluangkan waktu berjam-jam untuk mengamati para orang tua dan anak-anak kecilnya. Ia menemukan bahwa para orang tua itu tidak secara langsung atau jelas dalam menghadiahi atau membetulkan sintaksis dari kebanyakan ungkapan anak-anaknya. Dengan perkataan lain, orang tua tidak mengatakan “baik”, “betul”, “benar”, “salah” dan sebagainya. Selain itu, orang tua tidak memberikan koreksi langsung seperti “ you should say two shoes, not two shoe”. Meskipun demikian, seperti yang akan kita lihat, banyak orang tua yang memperluas ungkapan anak-anaknya yang secara tata bahasa kuramg tepat dan menyusun kembali ungkapan-ungkapan yang secara tata bahasa salah (Clark, 2009).
Pandangan teori-teori perilaku tidak lagi dianggap sebagai suatu penjelasan yang berlaku mengenai bagaimana anak-anak memeroleh bahasa. Kebanyakan penelitian mendeskripsikan mengenai bagaimana pengalaman pengalaman lingkungan anak-anak mempengaruhi keterampilan bahasa mereka (Berko Gleason & Ratner, 2009). Banyak ahli bahasa menyatakan bahwa pengalaman seorang anak, khususnya bahasa yang dipelajari dan konteks terjadinya proses belajar itum dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemerolehan bahasa (Goldfield & Snow, 2009).
Bahasa tidak dipelajari dalam kondisi hampa sosial. Sebagian besar anak menerima sangat banyak masukan bahasa sejak usia dini (Sachs, 2009). The Wild Boy of Aveyron, yang tidak pernah belajar berkomunikasi secara efektif, sempat hidup dalam isolasi sosial selama bertahun-tahun. Dukungan dan keterlibatan yang diberikan oleh para pengasuh dan guru sangat mempermudah anak ketika mempelajari bahasa (Snow & Yang, 2006). Sebagai contoh, sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa ketika ibu segera tersenyum dan menyentuh bayinya yang berusia 8 buan begitu bayinya itu berceloteh maka bayinya akan melakukan percakapan yang lebih kompleks, alih-alih apabila ibu berespons secara acak (Glodestein, king, & West, 2003).
Para peneliti juga telah menemukan bahwa perkembangan kosakata anak memiliki kaitan dengan status sosioekonomi keluarganya dan tipe percakapan yang diarahkan orang tua terhadap anaknya. Status sosioekonomi berkaitan dengan seberapa banyak orang tua berbicara dengan anak-anaknya dan menggunakan kosa kata mereka.
Dalam penelitian lain mencoba mengaitkan seberapa banyak para ibu berbicara dengan bayinya dan menggunakan kosa kata. Contohnya, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Janellen Huttenlocher dan rekan-rekannya (1991), bayi-bayi yang ibunya lebih sering berbicara, memiliki kosakata yang jelas lebih banyak, kemudian anak di hari ulang tahun ke dua terlihat banyak kosa kata yang dimilikinya terlihat cukup besar.
Studi-studi penelitian di atas (NICHD Early Child Care Reseach Network, 2005) mendemonstrasikan besarnya dampak percakapan di masa dini dan kemiskinan terhadap perkembangan keterampilan bahasa anak. Salah satu komponen yang menarik dari lingkungan linguistic anak kecil adalah child directed speech (CDS), bahasa yang diucapkan dalam nada yang lebih tinggi dibandingkan nada normal dan menggunakan kata dan kalimat-kalimat sederhana (Clark, 2009; Zangl & Mills, 2007). CDS sulit dilakukan bila tidak ada bayi dihadapan kita. Namun, begitu kita berhadapan dengan bayi, kita akan spontan melakukan CDS. CDS melakukan fungsi  penting untuk menangkap perhatian dan mempertahankan komunikasi dengan bayi (Jaswal & Fernald, 2007). Menyusun ulang (recasting) adalah mengulangi perkataan anak dengan cara lain, mengubahnya menjadi bentuk pertanyaan atau mengulang cara pengungkapan anak yang tidak matang menjadi bentuk kalimat dengan tata bahasa yang lebih lengkap. Contohnya, “anjing itu menggonggong”, respons orang tuanya bertanya, “kapan anjing itu menggonggong?”. Recasting  yang efektif mengindikasikan minat terhadap anak.
·         Memperluas (expanding) : mengulang perkataan anak ke dalam bentuk kalimat yang matang.
·         Member nama (labeling) : mengidentifikasi nama dari objek. Roger Brown (1958) mengatakan hal ini sebagai “ permainan kata asli”, bahwa banyak dari kosakata awal anak diperoleh karena dorongan orang tua untuk mengidentifikasikan kata-kata yang dihubungkan dengan objek.
Anak-anak biasanya memperoleh keuntungan apabila orang tua mengikuti mereka menemukan bahasa, berbicara mengenai minat mereka pada saat ini, dan menyediakan informasi yang dapat diproses oleh mereka cenderung  mengatakan kepada orang tua. Dengan demikian, memberikan informasi lebihbanyak tidak selalu lebih baik. Kuncinya adalah dukungan dalam perkembangan bahasa, bukan disiplin dan latihan. Bukan sekedar pula melakukan peniruan dan memperoleh pengetahuan.
Bayi, balita dan anak kecil meraih keuntungan ketika orang dewasa membacakan buku dan membaca bersama mereka (De Loache & Gane, 2009; Rodriguez, Hines & Montiel, 2008; Westerlund & Lagerberg,2008). Membaca buku cerita terutama  menguntungkan bagi anak ketika orang tuanya memperluas makna cerita dari bukunya dengan cara membahasnya bersama anak bersama anak dan mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban ( Barabarin &  Aikens,2009; Whitehurst & Lonigan, 1998). Dalam satu studi, mayoritas ibu A.S. dari keluarga berpenghasilan rendah dilaporkan cukup rutin membacakan buku pada bayi dan balita mereka (Raikes & kawan-kawan, 2006). Dalam studi ini, para ibu etnis kulit putih non-latin dan berpendidikan yang mengasuh anak pertama mereka cenderung membacakan buku cerita pada  bayi dan balita mereka dibandingkan para ibu etnis Amerika, Afrika dan Latin yang mengasuh anak kedua dan selanjutnya. Rutin membaca bersama anak-anak berusia 14-24 bulan  berkaitan positif dengan perkembangan bahasa dan kognitif anak pada usia 36 bulan.
4.      Fonologi dan Morfologi
Anak berusia di bawah tiga tahun memperlihatkan perkembangan yang agak cepat dari yang awalnya hanya mampu menghasilkan ungkapan dua kata, menjadi mampu menggabungkan tiga, empat, lima kata. Antara usia 2 hingga 3 tahun, mereka mulai berkembang dari yang semula hanya mampu mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari proporsi tunggal, menjadi mampu mengucapkan kalimat-kalimat kompleks.
Ketika anak-anak kecil mempelajari fitur-fitur spesial bahasanya sendiri, terdapat keteraturan dalam cara mereka memperoleh bahasa tertentu Berko Gleason dalam (Santrock:263). Sebagai contoh, semua anak mempelajari kat depan  diatas  dan di dalam sebelum mempelajari kata depan yang lain.
4.1  Memahami Fonologi dan Morfologi
Selama masa prasekolah, kebanyakan anak-anak secara bertahap menjadi lebih sensitif terhadap bunyi dari kata-kata  yang diucapkan dan menjadi semakin mampu menghasikan semua buyi dari bahasa mereka. ketika anak berusia 3 tahun, mereka dapat mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan.
Ketika pemahaman anak-anak sudah melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata, mereka mendemonstrasikan pengetahuan mengenai morflogi. Anak-anak mulai menggunakan bentuk kata plural maupun kata kepunyaan untuk benda (seperti dogs dan dog’s). Mereka menggunakan akhiran kata kerja yang tepat (seperti –s ketika subyeknya adalah orang ketiga tunggal dan –ed untuk past tense). Mereka menggunakan preposisi (seperti in dan on). Dan berbagai bentuk kata kerja to be (seperti “i was going to the store” atau “saya hendak ke toko”). Beberapa bukti terbaik yang memeperlihatkan perubahan anak-anak dalam menggunakan aturan-aturan morfologi adalah dalam overgeneralisasi mereka terhadap aturan-aturan, seperti ketika seorang anak prasekolah mengatakan “foot” dan bukan “feet” atau “goed” dan bukan “went”.
Dalam sebuah eksperimen klasik yang dirancang untuk mempelajari pengetahuan anak-anak mengenai aturan-aturan morfologi, seperti bagaimana membuat kata jamak (plural).  Jean Berko dalam (Santrock:263)menyajikan kartu-kartu kepada mereka. anak-anak diminta untuk melihat kartu tersebut sementara pelaku eksperimen membacakan dengan keras kata-kata di kartu itu. Kemudian anak-anak diminta untuk melengkapi kata-kata yang hilang. Tugas ini mungkin tampaknya mudah, namun Berko tertarik pada kemampuan anak-anak untuk mengaplikasikan aturan morfologis yang sesuai. Dalam kasus ini adalah untuk mengatakan ”wugs”dengan bunyi z yang mengindikasikan plural.
Meskipun jawaban anak-anak tidak sempurna, jawaban itu bukan hanya bersifat kebentukan saja. Yang membuat studi Berko mengesankan adalah kata-kata itu disusun untuk eksperimen. Dengan demikian, anak-anak tidak dapat mendasarkan respons mereka pada ingatan terhadap kata-kata yang pernah didengar di masa lalu. Karena mereka tidak dapat membuat bentuk plural atau past tense dari kata-kata yang belum pernah mereka dengar sebelumya, maka hal ini membuktikan bahwa mereka mengetahui aturan morfologi.
4.2  Perubahan Dalam sintaksis dan Semantik
Anak-anak prasekolah juga mempelajari dan menerapkan aturan-aturan sintaksis Lieven dalam (Santrock: 264). Mereka semakin menunjukan penguasaan aturan kompleks mengenai penyusunan kata-kata yang benar.
Ambil saja contoh pertanyaan wh- seperti, “where is Daddy going?” atau “what is that boy doing?” untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut benar, anak harus tahu dua perbedaan penting antara pertanyaan wh- dan pernyataan afirmatif (misalnya “Daddy is going to work” dan “The boy is waiting on the school bus”). Pertama, sebuah kata wh- harus ditambahkan di awal kalimat. Kedua, di dalam kalimat itu harus disisipkan kata kerja tambahan-berubah dengan berubahnya subjek dari kalimat. Anak-anak kecil belajar cukup dini di mana mereka harus meletakkan kata wh-, nmun mereka membutuhkan waktu lebih lama dalam mempelajari aturan pergantian kata bantu. Jadi, anak-anak prasekolah mungkin bertanya, “where daddy is going?” “what that boy is doing”.
Masa kanak-kanak awal juga ditandai oleh adanya pemahaman menganai semantik. Perkembangan perbendaharaan kata terjadi secara dramatis Pan & Uccelli dalam (Santrock: 67). Beberapa ahli menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan hingga 6 tahun, anak-anak kecil belajar mengenai sebuah kata bru setiap jam (kecuali ketika tidur). Ketika mereka memasuki kelas satu sekolah dasar diperkirakan anak-anak sudah mengenal 14.000 kata Clark dalam (Santrock: 67).
4.3  Kemajuan Dalam Pragmatik
Di dalam perkembangan bahasa anak-anak kecil juga terjadi perubahan pragmatik Bryant dalam (Santrock: 67). Dibandingkan anak usia 2 tahun, seorang anak berusia 6 tahun memiliki kemampuan bercakap-cakap yang jauh lebih baik. Kemjuan pragmatik dalam hal apa sajakah yang berlangsung di masa prasekolah ini?
Anak-anak kecil mulai terlihat dalam pembeicaraan yang diperluas. Sebagai contoh, mereka mulai belajar aturan-aturan budaya spesifik mengenai berbicara dan sopan santun, serta menjadi peka terhadap kebutuhan untuk menyesuaikan ucapan mereka dalam situasi yang berbeda. Berkembangnya keterampilan linguistik mereka dan meningkatnya kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain berkontribusi bagi generasi mereka yang lebih kompeten dalam marasi.
Saat anak-anak semakin besar, mereka menjadi semakin mampu berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada di hadapannya (misalnya rumah nenek) dan saat ini (misalnya apa yang terjadi pada mereka kemarin atau yang mungki terjadi besok). Seorang anak prasekolah dapat memberitahu anda apa yang ia inginkan untuk makan siang besok, sesuatu yag tidak akan mungkin terjadi pada tahap dua kata dari perkembangan bahasa.
Sekitar usia 4-5 tahun, anak-anak belajar untuk mengubah baya berbicara mereka agar sesuai dengan situasi. Sebagai contoh, bahkan anak-anak yang berusia sekitar 4 tahun berbicara secara berbeda kepada anak usia 2 tahun dibandingkan kepada teman sebaya seusia mereka. mereka menggunkan kalimat-kalimat yang lebih pendek saat berbicara dengan anak berusia 2 tahun. Mereka juga berbicara  dengan cara yang berbeda kepada orang dewasa dibandingkan teman sebaya yang seusia, menggunakan bahasa yang lebih sopan dan formal terhadap orang dewasa Gelman dalam (Santrock:68).
Teman sebaya juga dapat memainkan peranan pentin dalam aspek-aspek bahasa di samping pragmatik. Sebuah studi terkini terhadap lebih dari 1.800 anak-anak berusia 4 tahun menunjukkan bahwa kemampuan bahasa ekspresif teman sebaya (mengomunikasikan bahasa kepada orang lain) secara positif berhubungan dengan perkembangan bahasa anak-anak yang ekspresif dan reseptif (apa yang didengar dan dibaca anak-anak) Mashburn dalam (Santrock: 68).



BAB III
ASSESMENT
1.      Alat ukur
a.      Daftar Ceklis
Item
BB
(Belum Berkembang)
MB
(Mulai Berkembang)
BSH
(Berkembang Sesuai Harapan)
BSB
(Berkembang Sangat Baik)
Anak mampu mengucapkan a, i, u, e,o




Anak mampu mengucapkan kata “ny” (nyamuk, nyapu, nyanyi)




Anak mampu mengucapkan kata “ng” (ngompol, ngumpul)




Anak dapat mengucapkan kalimat “aku mau bermain di taman”, “aku mau pergi ke kebun binatang”, dsb.




Anak dapat mengucapkan kata jamak (buku-buku)




Anak dapat mengucapkan kata ganti (kamu) ?




Anak sudah dapat menggunakan kata ganti,seperti; dia, kamu




Anak sudah dapat menggunakan kata depan ke-, kata depan di-, ( di atas, di bawah)




Anak dapat mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa)




Anak mampu mengucapkan kalimat “aku pergi ke kebun binatang”




Anak mampu bertanya   menggunakan kata :
-          Apa
-          Kenapa
-          Gimana
-          Siapa
-          Dimana




Anak mampu bercerita




Anak mampu menceritakan kembali cerita yang di dengarnya




Anak mampu mengucapkan kalimat (rumah nene, besok aku mau main)




Anak mampu mengucapkan kata ganti :
-           teman sebaya (kamu)
-          Orang yang lebih tua (ibu guru)





b.      Instrumen wawancara
Variabel
Item
1.      Fonologi dan morfologi
a.       Apakah anak mampu mengucapkan a, i, u, e,o ?
b.      Apakah anak dapat mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa) ?
c.       Apakah anak dapat mengucapkan ungkpan minimal 4 kata ?
d.      Apakah anak dapat mengucapkan kata ganti (kamu) ?
e.       Apakah anak sudah dapat menggunakan kata depan ke- ?

2.      Sintaksis dan Semantik
a.       Apakah anak mampu mengucapkan kalimat dengan lengkap ?
b.       Apakah anak mampu bertanya   menggunakan kata :
-          Apa
-          Kenapa
-          Gimana
-          Siapa
-          Dimana

c.       Apakah anak sudah dapat bercerita ?
3.      Pragmatik
a.       Apakah anak mampu menggunakan kata ganti untuk teman sebaya (kamu) atau orang yang lebih tua (ibu guru) ?
b.      Apakah anak dapat membicarakan
            hal-hal yang tidak ada di
 hadapannya, dan yang bukan terjadi sekarang ?


BAB IV
DATA LAPANGAN
A.    Subjek
Nama                     : Aji (samaran)
Alamat                  : Bandung
Umur                     : 5 tahun
Nama ortu             : trisno (nama  di samarkan)
B.     Hasil Penelitian
1.      Wawancara
kelompok kami melakukan wawancara  pada hari jumat, jam 3 sore, tanggal 8 bulan mei tahun 2015 . wawancara kami lakukan pada salah satu guru yang mengajar . Kemudian di bawah ini merupakan hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan salah satu guru yang mengajar disana.
Mahasiswa      : Bagaimana Keseharian Aji di sekolah ?
Guru                : tahun kebelakang sudah mulai bermain dan bersosialisasi bersama-sama  dengan teman-teman. pada awal pertama masuk yaitu tahun 2011 ia belum banyak mengenal kata dan menurut penjelasan dari orang tuanya bahwa aji ituspeech delay, belum banyak kata yang dia tau/ terlambat berkembang. Karena kedidak tauan itu ia sering marah dan bahkan menangis karena mis tidak mengerti apa yang ingin aji bicarakan atau aji maksud. Aji juga melakukan terapi. Awal tahun 2014 mulai ada kata-kata yang muncul, karena sudah masuk play group dan sekarang bahkan sudah masuk TK sehingga sudah banyak bersosialisasi dengan teman-teman yang lainnya, sudah bisa bermain bersama teman dan aji sudah merasa percaya diri.Kata pertama yang keluar pada saat di sekolah yaitu panggilan “Mis”, serta bahasa tubuh.
Mahasiswa      : Apakah Kata-kata yang aji utarakan sudah sempurna?
Guru                : Belum sempurna akan tetapikita mulai paham apa yang ingin ia bicarakan. Misalnya terjatuh “mis tadi aku jatuh.. tadi aku jatuh..” membuat kata-kata itu berputar-putar kalau kita tidak tau dan salah mengartikannya, ia akan marah dan menangis sampai kita mengerti apa maksud uacapnnya itu. Contoh lain pada saat ia ingin minum susu “mis, aji mau emmm..emm..”(karena ia kesusahan dalam menyampaikan apa yang ingin dibicarakannya tersebut akhirnya ia pun memakai bahasa tubuh).
Mahasiswa      : Apakah aji sudah bisa bertanya?
Guru                : Kalau sekarang sudah ada pertanyaan dengan kalimat sederhana. Misalnya ketika ada kejadian di tk ia akan cerita. Salah satu contohnya yaitu pada saat ia tidak memakai seragam tk “mis, mis, seragam aji!” “tadi aji gak sama bajunya. Kemana? baju aji ada dimana?” Kita paham apa yang dia ungkapan. Aji mengungkapkan berdasarkan apa yang dia tahu dan apa yang dia pahami tapi maksudnya itu yang lain. Mahasiswa      :Apakah aji memahami mengenai keterangan waktu seperti kemarin dan besok ?
Guru                : Sebatas sekarang, besok. Kalau nama hari belum tau. Misalnya ketika tidak masuk sekolah “aji libur”. Baru paham dengan pelafalan tidak berfikir yang penting menyampaikan apa yang dia tau. Contoh lain ketia ia mau bercerita pada saat pergi ke Jakarta. “Libur aji ke jakarta”.
Mahasiswa      : Apakah aji sudah bisa melafalkan Alfabet?
Guru                : Sudah bisa, akan tetapi ada kesuliatan pada saat mengucapkan huruf r, s, t. Kareana di rumah orang tuanya menggunakan bahasa inggris, sehingga yang sering aji ucapkan pada saat terapi itu ia mengucapkan “No,  Yes”, sampai sekarang kata-kata bahasa ingris lainnya masih tetap ada. Pada saat ia maubercerita, uacapan yang ia keluarkan yaitu kata-kata yang dia punya/ketahui dan dengan gerak/bahasa tubuh. Misalnya pada saat bercerita aji sedang lari dan terjatuh “Aji kemarin nanana huaaah...” kemudian mis bertanya “aji jatuh?” barulah aji menjawab “iya, aji jatuh”.
Mahasiswa      : Apakah aji sudah bisa menggunakan Kata ganti?
Guru                : Kadang-kadang ia menggunakannya, akan tetapi belum semuanya. Misalnya kalau ia ingin menyebutkan mis yang tidak ia ketahui namanya/lupa, aji cuman menunjuk mis tersebut. mislnya pada saat ia di dorong oleh temannya, akan tetapi ia lupa namya temannya aji berkta  “itu tadi dorong ini”.
Ø  Kesimpulan Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru wali kelas Aji, kami mendapatrkan informasi bahwa, orang tua Aji mengatakan bahwa putranya mengalami speech delay atau hambatan berbicara. Beberapa informasi yang kami dapatkan seputar Aji yang mengalami hambatan berbicara adalah beberapa orang yang di sekeliling Aji kurang paham maksud yang diinginkan Aji, sehingga Aji sering marah dan menangis karena maksud yang ingin disampaikan tidak tersampaikan dengan baik ke orang yang dituju. Aji juga belum bisa mengucapkan kalimat dengan sempurna, kosakata yang dimiliki Aji pun juga belum banyak. Karena masih kurangnya kosakata yang Aji miliki, ketika Aji menginginkan sesuatu dan sulit untuk mengungkapkan dalam bentuk kata-kata, Aji menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan maksudnya. Termasuk kosakata nama-nama hari pun Aji masih belum paham, seperti yang dijelaskan oleh guru wali kelas Aji, ketika  Aji ingin menceritakan bahwa pada suatu hari ia berlibur ke Jakarta, Aji hanya mengungkapkan bahwa “Libur, Aji ke Jakarta” , ia tidak menyebutkan pada hari apa dia berlibur ke Jakarta. Berdasarkan info yang kami dapatkan dan dihubungkan dengan indikator dan beberapa item dalam instrument penilaian perkembangan bahasa yang kami buat, kami menyimpulkan bahwa indikator dan beberapa item yang terdapat pada sub variable fonologi dan morfologi serta sintaksis dan semantik masih belum semuanya dikuasai oleh Aji.

2.      Daftar Ceklis
Item
BB
(Belum Berkembang)
MB
(Mulai Berkembang)
BSH
(Berkembang Sesuai Harapan)
BSB
(Berkembang Sangat Baik)
Anak mampu mengucapkan a, i, u, e,o
-                       
-                       
-                       

Anak mampu mengucapkan kata “ny” (nyamuk, nyapu, nyanyi)
-                       
-                       
-                       
Anak mampu mengucapkan kata “ng” (ngompol, ngumpul)
-                       
-                       
-                       
Anak dapat mengucapkan kalimat “aku mau bermain di taman”, “aku mau pergi ke kebun binatang”, dsb.
-                       
-                       
-                       
Anak dapat mengucapkan kata jamak (buku-buku)
-
-                       
-                       
Anak dapat mengucapkan kata ganti (kamu) ?
-                       
-                       
-                       
Anak sudah dapat menggunakan kata ganti,seperti; dia, kamu
-                       
-                       
-                       
Anak sudah dapat menggunakan kata depan ke-, kata depan di-, ( di atas, di bawah)
-                       
-                       
-                       
Anak dapat mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa)
-                       
-                       
-                       
Anak mampu mengucapkan kalimat “aku pergi ke kebun binatang”
-                       
-                       
-                       
Anak mampu bertanya   menggunakan kata :
-          Apa
-          Kenapa
-          Gimana
-          Siapa
-          Dimana
-                       
-                       
-                       
Anak mampu bercerita
-                       
-                       
-                       
Anak mampu menceritakan kembali cerita yang di dengarnya
-                       
-                       
-                       
Anak mampu mengucapkan kalimat (rumah nene, besok aku mau main)
-                       
-                       
-                       
Anak mampu mengucapkan kata ganti :
-           teman sebaya (kamu)
-          Orang yang lebih tua (ibu guru)
-
-
-
3.      Hasil Observasi
Kejadian
Aji dapat mengucapkan huruf vocal seperti a,i,u,e,o saat bercerita tentang film kartun yang disukai, film itu berjudul toy’s story. Menyebutkan nama pemain dalam kartun toy’s story menggunakan gambar yang ada di baju aji. Aji bermain dengan Bagus dan bercerita tentang toy’s story. Saat bercerita, teman aji mengatakan bahwa aji terjatuh dan berdarah. Aji pun menceritakan tentang kejadian aji jatuh dan berdarah.

Komentar
Aji tidak banyak berkata dengan orang yang terdapat disekelilingnya. Saat bercerita aji tidak bisa mengatakan huruf “s” saat di kalimat “toy’s story’ menjadi “toy tory”.

BAB V
SIMPULAN
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi-baik yang diucapkan, ditulis, atau diisyaratkan-yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.(Santrock, 2012). Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh komunitas serta ketentuan-ketentuan yang dipoerlukan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut. Kita membutuhkan bahasa agar dapat bercakap-cakap dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa juga memiliki system-sistem aturan berbahasa yang meliputi : 1). Fonologi 2). Morfologi 3). Sintaksis 4). Smantik 5). Pragmatik .
Dalam bahasa ada yang di sebut dengan perkembangan bahasa Menurut ahli sejarah kuno, penguasa jerman di abad ketigabelas, Frederick II, pernah mencetuskan gagasan yang kejam , ia ingin mengetahui bahasa seperti apa yang akan di gunakan anak-anak apabila tidak seorang pun pernah berbicara mereka. Apapun bahasa yang mereka pelajari , bayi diseluruh dunia mengikuti jalur perkembangan bahasa yang sama. Kemudian dalam perkembahasa mencakup beberapa hal anatara lain : mengenali bunyi bahasa, celotehan dan vokalisasi lain, bahasa tubuh, kata-kata pertama, dan ungkapan kata kedua . perkembangan bahasa juga dapat di penguruhi oleh beberpa fktor yaitu pengruh factor biologis, dan factor lingkungan , yang mana kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Kemudian dalam berbahasa anak akan memahami tentang fonologi dan morfogi bahasa, perubahan dalam smantik dan sintaksis, dan yang terakhir kemajuan dalam pragmatik.
Penialain perkembangan bahasa yang kami lakukan menggunakan assessment/ alat ukur : 1) daftar ceklis dan 2). Wawancara. Data lapangan yang di peroleh kelompok kami melakukan wawancara  pada hari jumat, jam 3 sore, tanggal 8 bulan mei tahun 2015 .

sekian semoga bermanfaat :)