BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang krusial dimana
pada masa ini anak sangat potensial untuk menyerap segala informasi dan
pengetahuan yang diberikan oleh keluarga maupun dari sekolah. Pemberian pengetahuassn bermula dari
komunikasi yang berlangsung antara anak dan orang dewasa. Komusikasi sangat
penting dilakukan antara anak dan orang dewasa untuk mengetahui respons anak
terhadap apa yang kita utarakan Sejak
masa kandunganlah kita harus berkomunikasi dengan anak. Bahasa merupakan alat
komunikasi kita dengan sesama manusia, dengan bahasa kita dapat mengutarakan
dan mengekspresikan pikiran dan perasaan kita pada lingkungan dan sesama.
Begitu juga anak, mereka mengekspresikan perasaannya dengan cara mereka
sendiri.
Dilihat dari fungsinya bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik
yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak
tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan
yang merupakan bentuk paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting
serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa manusia mulai sejak ia
dilahirkan yaitu saat menangis ketika ia lahir ke dunia sampai mampu bertutur
kata, dan perkembangannya begitu pesat, selalu meningkat pesat sesuai dengan
meningkatnya usia anak.
Orang
tua merupakan tempat pertama anak untuk berkomunikasi, untuk berbahasa yang
baik dan benar, maka dari itu sebagai orang tua ataupun guru maupun orang
dewasa lainnya harus memiliki sensitivitas mengenai perkembangan bahasa yang
dimiliki oleh anak. Deteksi sedari dini perkembangan bahasa anak dapat meminimalisasi
hambatan-hambatan yang terjadi dan dapat melakukan stimulasi apa yang terbaik
bagi perkembangan bahasa anak usia dini. Sehingga anak dapat berkembang dan
berkomunikasi dengan lingkungannya sebagaimana mestinya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis dapat
merumuskannya menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah yang di maksud dengan bahasa
?
2. Bagaimanakah bahasa berkembang
?
3. Bagaimana pengaruh factor biologis dan lingkungan
terhadap bahasa ?
4. Apakah yang di maksud dengan fonologi dan morfologi ?
C.
Prosedur
Penulisan
Penulis menggunakan pedoman karya tulis ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia sebagai acuan dalam penyusunan makalah ini. Selain
daripada itu penulis pun menggunakan sumber-sumber berupa buku yang mengacu
pada relevansi judul makalah ini.
D.
Sistematika
Penulisan
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIS
BAB 1 PENDAHULUAN : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Prosedur Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB 2 KAJIAN TOERI : menejlaskan definisi bahasa, semantic, pragmatic,
menjelaskan bahasa tubuh, pengaruh factor biologis dan lingkungan, fonologi,
dan morfologi
BAB 3 ASESMEN (ALAT
UKUR)
1. Wawancara
2. Daftar ceklis
3. Catatan Anekdot
BAB 4 DATA LAPANGAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Teori
1. Mendefinisikan
Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk
komunikasi-baik yang diucapkan, ditulis, atau diisyaratkan-yang didasarkan pada
sebuah sistem simbol.(Santrock, 2012). Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan
oleh komunitas serta ketentuan-ketentuan yang dipoerlukan untuk memvariasikan
dan mengkombinasikan kata-kata tersebut. Kita membutuhkan bahasa agar dapat
bercakap-cakap dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis.
Bahasa memungkinkan kita untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang sudah
terjadi secara terperinci dan untuk merencanakan masa depan. Bahasa memungkinkan kita
untuk menyampaikan informasi dari generasi satu ke generasi berikutnya dan
menciptakan suatu barisan budaya yang kaya.
Semua bahasa manusia memiliki sejumlah
karakteristik umum (Berko Gleason, 2009 dalam Santrock, 2012). Karakteristik
ini mencakup generativitas yang tidak terbatas maupun ketentuan-ketentuan yang
terorganisasi. Generativitas tak terhingga (infinitive generativity) adalah
kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat bermakna dalam jumlah tak terbatas
dengan menggunakan serangkaian kata dan ketentuan yang jumlahnya terbatas
1.1 System-Sistem Aturan Bahasa
Penulis Amerika abad kesembilanbelas
Ralph Emerson mengatakan “Dunia dibangun secara teratur, dan atom-atomnya
berbaris secara rapi,” ia pasti sedang berfikir mengenai bahasa. Bahasa
sangatlah teratur dan terorganisasi (Berko Gleason, 2005 dalam Santrock, 2012).
Organisasi bahasa melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi,
sintaksis, ilmu semantik, dan pragmatik.
Ø Fonologi
Semua
bahasa tersusun atas bunyi-bunyi dasar. Fonologi merupakan studi mengenai
sistem bunyi bahsa, mengenai bunyi-bunyi biasa digunakan dan kombinasinya.
(Menn&Stoel-Gammon, 2009 dalam Santrock, 2012). Fonologi menjadi dasar
untuk membangun menyusun serangkaian kata-kata yang bersumber dari dua atau
tiga ribu fonem. Fonem adalah satuan
bunyi dasar dalam bahasa; fonem merupakan satuan bunyi terkecil dari bunyi
bahasa yang mempengaruhi makna. Sebagai contoh dalam bahasa indonesia, /h/
membedakan makna kata harus dan arus, adalah fonem. Pada kedua contoh tadi
terdapat perbedaan bunyi yang tipis dan memiliki makna yang berbeda.
Ø Morfologi
Morfologi merujuk pada unit-unit
makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Korfem adalah unit makna terkecil;
morfem berupa sebuah kata atau suatu bagian dari sebuah kata yang tidak dapat
diuraikan lagi menjadi bagian lebih kecil yang masih bermakna. Setiap kata
dalam bahasa Inggris dapat tersusun atas satu morfem atau lebih . beberapa kata
dapat terdiri atas sebuah morfem tunggal (co: help), sementara kata lainnya terdapat atas lebih dari satu
morfem (mis: helper memiliki dua morfem, help
+ er, dengan morfem –er berarti “orang yang”, dalam kasus ini
berarti “orang yang membantu”. Dengan demikian tidak semua morfem adalah kata;
mis: pre-, -tion, dan –ing. Ketentuan morfologi
mendeskripsikan bagaimana satuan-satuan yang bermakna (mofrem) dapat
dikombinasikan menjadi kata-kata. Morfem memiliki banyak tugas dalam
tatabahasa.
Ø Sintaksis
Sintaksis mencakup bagaimana
kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang masuk akal.
Contoh: “Bob memukul Tom” atau “Bob dipukul oleh Tom”. Dari dua kalimat
tersebut dapat dibedakan siapa yang memukul dan dipukul. “Hari ini itu kalian
kami pergi pasar” kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak diperbolehkan
karena selain rancu, tatabahasanya pun tidak benar.
Ø Smantik
Semantik
merujuk pada makna kata atau kalimat. Setiap kata memiliki seperangkat
karakteristik semantik yang diperlukan sebagai atribut yang berkaitan dengan
makna. Menurut Li, 2009; Pan dan
Uccelli, 2005 dalam (Santrock, 189: 2012) menyebutkan bahwa masing-masing kata
memiliki batasan semantik mengenai bagaimana kata-kata itu dapat digunakan
dalam kalimat.
Ø Pragmatik
Pragmatik
adalah perangkat terakhir dari ketentuan-ketentuan bahasa, yakni penggunaan
bahasa yang sesuai konteks yang berbeda-beda. Pragmatik melibatkan sejumlah
besar wawasan Bryant 2009 (Santrock, 189: 2012). Terdapat lima sistem ketentuan
penting dalam berbahasa, yaitu :
Sistem
ketentuan
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Fonologi
|
Sistem bunyi bahasa. Fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang terdapat dalam bahasa
|
Kata chat memiliki tiga fonem atau bunyi :/ch/a/t/. contoh dari
ketentuan fonologis dalam bahasa inggris, fonem /r/ dapat mengikuti fonem /t/
atau /d/ dalam kelompok konsonan inggris (misalnya track atau drab) tapi
fonem /I/ tidak dapat mengikuti fonem-fonem tersebut.
|
Morfologi
|
Sistem mengenai satuan-satuan
bermakna yang digunakan untuk membentuk kata.
|
Satuan bunyi terkecil yang
memiliki makna disebut morfem, atau satuan makna. Kata girl adalah sebuah morfem, atau satuan makna; ketika akhiran s ditambahkan, kata itu menjadi girls dan memiliki dua morfem karena s mengubah makna dari kata dari kata
tersebut, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari satu girl.
|
Sintaksis
|
Sistem mengenai cara
mengkombinasikan kata-kata untuk membentuk frase dan kalimat yang masuk akal
|
Dalam bahasa inggris, urutan kata
sangat penting dalam menentukan makna. Sebagai contoh, kalimat “ sebastian pushed the bike” (sevastian
mendorong sepeda itu) memiliki makna yang berbeda dari “the bike pushed sebastian” (sepeda itu mendorong sebastian)
|
Semantik
|
Sistem mengenai makna kata atau
kalimat
|
Mengetahui makna dari
masing-masing kata – yakni, kosakata (vocabulary).
Sebagai contoh, semantik berarti mengetahui makna dari kata-kata seperti orange (jeruk), transportation (transportasi) dan intellegent (cerdas)
|
Pragmatik
|
Sistem mengenai cara menggunakan
percakapan yang sesuai dengan pengetahuan mengenai cara menggunakan bahasa
secara efektif sesuai konteksnya
|
Salah satu contohnya adalah
menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi yang sesuai, seperti mengikuti
tata-krama apabila berbicara kepada guru. Mengetahui giliran untuk berbicara
dalam sebuah percakapan adalah sebuah penerapan pragmatik.
|
2.
Bagaimana Bahasa Berkembang
Menurut ahli sejarah kuno,
penguasa jerman di abad ketigabelas, Frederick II, pernah mencetuskan gagasan
yang kejam , ia ingin mengetahui bahasa seperti apa yang akan di gunakan
anak-anak apabila tidak seorang pun pernah berbicara mereka. Apapun bahasa yang
mereka pelajari , bayi diseluruh dunia mengikuti jalur perkembangan bahasa yang
sama. Tonggak-tonggak bersejarah apakah yang di capai dalam perkembangan ini ?
simak pembahasannya di bawah ini .
2.1 Mengenali
Bunyi Bahasa
sebelum memulai mempelajari kata-kata,
bayi dapat mengenali perbedaan yang halus diantar bunyi-bunyi bahasa menurut
Sachs,2009 dalam (Santrock, 190: 2012). Dalam penelitian Kuhl (Santrock, 189:
2012) menyebutkan bahwa fonem-fonem bahasa dari seluruh dunia diperdengarkan
melalui sebuah pengeras suara kepada bayi, penelitian Khul 2007 ini telah
mendemonstrasikan bahwa sejak lahir hingga usia 6 bulan, bayi adalah “warga
dunia” : mereka hampir mengenali
apabila terjadi perubahan bunyi, tidak peduli dari bahasa apa suku-kata yang
yang diperdengarkan itu. Namun selama enam bulan berikutnya, bayi semakin dapat
menangkap perubahan bunyi dari bahasanya “sendiri” (yakni bahasa yang diucapkan
oleh orang tuanya) dan secara bertahap kehilangan kemampuan untuk mengenali
perbedaan-perbedaan bunyi yang tidak penting dalam bahasa mereka sendiri.
Menurut Jusczyk, 2000 dalam (Santrock,
189: 2012) menyebutkan bahwa bayi harus mencermati setiap kata, satu persatu,
dari rentetan bunyi dalam percakapan sehari-hari. Bayi sudah dapat mulai
mendeteksi batasan kata di usia 8 bulan. Sebagai contoh sebuah studi yang
dilakukan oleh Jusczyk dan Hohne, 1997 (Santrock, 189: 2012) dimana bayi yang
berusia 8 bulan didengarkan rekaman kisah yang mengandung kata-kata yang tidak
umum. Dua mingu kemudian bayi tersebut diberikan dua daftra kata, yang pertama
daftar kisah yang tersusun kata-kata tadi dan yang kedua tersusun kata-kata
baru yang tidak umum yang tidak muncul dalam kisah tadi dan bayi mendengarkan
kata-kata yang familiar baginya selama dua kali lebih lama.
2.2 Celotehan
dan vokalisasi lain
sebelum bayi mampu menyuarakan kata-kata
baku, mereka sudh mampu membuat berbagai vokalisasi menurut Sachs 2009 dama
(Santrock, 189: 2012) lalu menurut Lock 2004 dalam (Santrock, 189: 2012)
menyebutkan jika komunikasi awal berfungsi sebagai latihan suara, komunikasi,
dan untuk menarik perhatian orang lain, urutan bayi dalam kemampuannya membuat
bunyi-bunyian :
Ø Menangis
Bayi
sudah dapat menangis saat kelahirannya, tangisan dapat mengindikasikan kondisi
gelisah, namun kondisi menangis dapat mengindikasikan kondisi yang
berbeda-beda.
Ø Mendekut
Bayi
mendekut (cooing) pertama kali di
usia 2 hingga 4 bulan menurut Menn dan Stole-Gannon,2009 dalam (Santrock, 189:
2012) bunyi tersebut bersumber dari belakang tenggorokan biasanya
mengekspresikan rasa senang ketika berinteraksi.
Ø Celoteh
Di
pertengahan tahun pertama kehidupannya, bayi berceloteh (babbling) yaitu, mereka menghasilkan rangkaian kombinasi konsonan
vocal seperti “ ba, ba, ba, ba”
2.3 Bahasa Tubuh
Memperlihatkan
sesuatu, menunjuk barang atau kearah sesuatu pada sekitar usia 8 hingga 12
bulan merupakan cara bayi mulai menggunakan bahasa tubuh. Contoh seperti melambaikan tangan
sebagai tanda perpisahan. Menunjukkan seekor kucing agar orang lain
memperhatikan. Sejumlah bahasa tubuh awal disebut dengan simbolik. Menurut para
ahli bahasa, gerakan menunjuk adalah indikator penting dari aspek sosial
bahasa, dan berkembang sesuai urutan ini : gerakan menunjuk tanpa mengecek
pandangan pandangan orang dewasa didekatnya, hingga gerakan menunjuk semari
memandang bolak-balik antara objek yang ditunjuk dan orang dewasa didekatnya
(Goldin – Meadow, 2010; Rowe & Goldin – Meadow, 2009a). Salah satu
kegalalan anak dalam gerak-gerik merupakan masalah dalam kommunikasi bayi yang
bersangkutan, ini merupakan salah satu anak autis.
2.4 Kata
– kata Pertama
Anak-anak telah memahami kata-kata
pertama mereka sebelum mampu mengucapkan (Pan & Uccelli, 2009). Pada usia 5 bulan anak sudah mengenali
namanya, ketika orang lain menyebutkan. Pada umumnya bayi mehami 50 kata diusia
13 bulan, namun mereka tidak dapat menyebutkan, sampai hingga 18 bulan.
(Liebergott & Schultz,1995).
Kosa kata yang diucapkan bayi akan
meningkat pesat setelah ia mampu mengucapkan kata pertamanya (Pan &
Uccelli, 2009). Pada bayi berusia 18 bulan dapat mengucapkan 50 kata, namun
pada usia 2 tahun mereka dapat mengucapkan sekitar 200 kata. Peningkatan
kosatakata yang pesat sejak usia sekitar 18 bulan disebut dengan vacabulary spurt atau lonjakan kosakata (Bloom, Lifter & Broughton, 1985).
2.5 Ungkapan
Dua – Kata
Ketika beruia 18 sampai 24 bulan,
anak-anak biasanya mengucapkan ungkapan yang terdiri dari kata-kata. Dalam
upaya mengungkapkan makna dari ungkapan yang hayan terdiri dua kata ini,
anak-anak banyak mengandalkan bahasa tubuh , nada, dan konteks. Kekayaan
makna yang dapat dikomunikasikan anak-anak melalui ungkapan dua-kata ini adalah
(Slobin, 1972):
-
Identifikasi: “Lihat
anjing.”
-
Lokasi: “Buku itu.”
-
Pengulangan : “Susu
lagi”
-
Negasi/sangkalan:
“Bukan serigala.”
-
Kepemilikan: “Permen
saya.”
-
Sifat: “Mobil besar.”
-
Orang lain –tindakan (agent-action): “Ibu berjalan.”
-
Tindakan – objek
langsung (action – direct object):
“Tabrak kamu.”
-
Tindakan – objek tidak
langsung (action – indirect object):
“Beri papa.”
-
Tindakan-alat (action intrument): “Potong pisau”
-
Pertanyaan: “Mana bola
Contoh-contoh
ini diambil dari anak-anak yang menggunakan bahasa Inggris, Jerman, Rusia,
Filandia, Turki atau Samoa sebagai bahasa pertama. Bahwa semua ungkapan yang
diatas mengabaikan banyak bagian dari pembicaraan yang ringkas. Pada
kenyataannya di semua bahasa, kombinasi-kombinasi kata pertama yang telah
diucapkan oleh anak memiliki kualitas ekonomis; semua kombinasi itu ersifat
telegrafis. Berbicara telegrafis (telegraphic speech) adalah
penggunnaan kata-kata yang singkat dn tepat tanpa menggunakan kelengkapan
tata-bahasa seperti artikel, kata kerja tambahan, dan kata-kata penghubung
lainnya.
3.
Pengaruh Faktor Biologis dan Lingkungan
3.1 pengaruh Faktor Biologis
Kemampuan untuk berbicara dan memahami
bahasa melibatkan peralatan vocal tertentu dan juga sistem saraf dengan
kemampuan tertentu. Sistem saraf dan peralatan vocal yang dimiliki oleh leluhur
manusia telah mengalami perubahan selama ratusan ribu atau jutaan tahun.
Seiring kemajuan dalam sistem saraf dan struktur vocal, homo sapiens tidak
sekedar mendengkur dan melengking seperti hewan lain, namun mengembangkan
kemampuan berbicara. Meskipun perkiraannya bervariasi, para ahli menduga bahwa
kemampuan berbahasa manusia dimiliki sejak sekitar 1000.000 tahun lalu. Ini
merupakan kemampuan yang belum lama diperoleh, apabila dilihat dari konteks
masa evolusi. Kemampuan ini membuat manusia unggul dibandingkan dengan
hewan-hewan lain dan dapat meningkatkan peluang untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
Sejumlah
sarjana bahasa berpendapat bahwa adanya persamaan yang nyata, dalam hal
bagaimana anak-anak di seluruh dunia memperoleh kemahiran berbahasa, merupakan
bukti yang kuat bahwa bahasa memiliki basis biologis. Terdapat bukti yang
memperlihatkan bahwa daerah tertentu di otak cenderung digunakan untuk bahasa (Bortfeld,
Fava, & Boas, 2009; Spocter & kawan-kawan, 2010). Dua daerah yang
terlibat dalam bahasa ini pertama kali ditemukan dalam studi terhadap individu
yang mengalami kerusakan otak. Dua daerah di otak itu adalah daerah Broca,
suatu daerah di lobus frontal kiri yang terlibat dalam pemrosesan kata-kata,
dan daerah Wernicke, suatu daerah di hemisfer kiri otak yang terlibat dalam
pemahaman bahasa. Kerusakan di salah satu daerah ini mengakibatkan aphasia,
yakni kehilangan atau kerusakan dalam kemampuan berbahasa. Individu yang
mengalami kerusakan di daerah Broca akan mengalami kesulitan untuk menghasilkan
kata-kata secara tepat; individu yang mengalami kerusakan di daerah Wernicke
akan memiliki pemahaman yang buruk dan sering kali menghasilkan pembicaraan yang
lancar namun tidak dapat dipahami/
Ahli bahasa Noam Chomsky (1957)
menyatakan bahwa manusia telah memiliki kemampuan biologis untuk mempelajari
bahasa pada waktu dan cara tertentu. Ia mengatakan bahwa anak-anak dilahirkan
ke dunia dengan alat penguasaan bahasa (Language
Acquisition Device-LAD), suatu perlengkapan biologis yang memungkinkan anak
untuk mendeteksi cirri dan ketentuan bahasa yang mencakup fonologi, sintaksis,
dan semantic. Contohnya, anak-anak dilengkapi oleh alam dengan kemampuan untuk
mendeteksi bunyi-bunyi bahasa dan mengikuti ketentuan-ketentuan membentuk kata
jamak atau mengajukan pertanyaan.
LAD yang diusulkan oleh Chomsky
merupakan sebuah konstruk teoretis, bukan merupakan bagian fisik dari otak.
Apakah terdapat bukti yang mendukung adanya LAD? Para pendukung konsep LAD
menyebutkan bahwa adanya keseragaman, dalam periode periode perkembangan bahasa
untukberbagai bahasa dan budaya, membuktikan bahwa anak-anak dapat membentuk
bahasa meskipun tidaki memperoleh masukan yang baik dan secara biologis
mempunyai kemampuan bawaan untuk berbahasa. Namun kita akan segera meilhat
kritik-kritik yang menyatakan bahwa meskipun bayi memiliki perlengkapan semacam
LAD, fakta ini tidak dapat menjelaskan keseluruhan kisah pemerolehan bahasa.
3.2 Pengaruh faktor lingkungan
Beberapa dasawarsa yang lalu, para tokoh
perilaku menentang hipotesis Chomsky dengan menyatakan bahwa bahasa hanya
merepresentasikan rangkaian respons yang diperoleh melalu penguatan (Skinner,
1957). Bayi tanpa sengaja berceloteh “Ma-ma”; Mamanya menghadiahinya dengan
pelukan dan senyuman; bayi kemudian mengatakan “Mama” berulang-ulang. Menurut
para ahli perilaku, bahasa bayi dibangun sedikit demi sedikit. Menurut para
ahli perilaku, bahasa merupakan keterampilan kompleks yang diperoleh melalui
belajar, seperti halnya bermain piano dan
menari. Pandangan teori-teori perilaku mengenai pembelajaran bahasa
mengandung beberapa persoalan. Pertama, pandangan teori-teori perilaku tidak
menjelaskan bagaimana manusia dapat menciptakan kalimat-kalimat
baru—kalimat-kalimat yang belum pernah dipelajari atau didengar sebelumnya.
Kedua, anak-anak mempelajari sintaks dari bahasa asli mereka meskipun
seandainya mereka tidak memperoleh penguatan ketika melakukannya. Psikolog
sosial Roger Brown (1973) meluangkan waktu berjam-jam untuk mengamati para
orang tua dan anak-anak kecilnya. Ia menemukan bahwa para orang tua itu tidak
secara langsung atau jelas dalam menghadiahi atau membetulkan sintaksis dari
kebanyakan ungkapan anak-anaknya. Dengan perkataan lain, orang tua tidak mengatakan
“baik”, “betul”, “benar”, “salah” dan sebagainya. Selain itu, orang tua tidak
memberikan koreksi langsung seperti “ you
should say two shoes, not two shoe”. Meskipun demikian, seperti yang akan
kita lihat, banyak orang tua yang memperluas ungkapan anak-anaknya yang secara
tata bahasa kuramg tepat dan menyusun kembali ungkapan-ungkapan yang secara
tata bahasa salah (Clark, 2009).
Pandangan teori-teori perilaku tidak
lagi dianggap sebagai suatu penjelasan yang berlaku mengenai bagaimana
anak-anak memeroleh bahasa. Kebanyakan penelitian mendeskripsikan mengenai
bagaimana pengalaman pengalaman lingkungan anak-anak mempengaruhi keterampilan
bahasa mereka (Berko Gleason & Ratner, 2009). Banyak ahli bahasa menyatakan
bahwa pengalaman seorang anak, khususnya bahasa yang dipelajari dan konteks
terjadinya proses belajar itum dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
pemerolehan bahasa (Goldfield & Snow, 2009).
Bahasa tidak dipelajari dalam kondisi
hampa sosial. Sebagian besar anak menerima sangat banyak masukan bahasa sejak
usia dini (Sachs, 2009). The Wild Boy of
Aveyron, yang tidak pernah belajar berkomunikasi secara efektif, sempat
hidup dalam isolasi sosial selama bertahun-tahun. Dukungan dan keterlibatan
yang diberikan oleh para pengasuh dan guru sangat mempermudah anak ketika
mempelajari bahasa (Snow & Yang, 2006). Sebagai contoh, sebuah studi
baru-baru ini menemukan bahwa ketika ibu
segera tersenyum dan menyentuh bayinya yang berusia 8 buan begitu bayinya itu
berceloteh maka bayinya akan melakukan percakapan yang lebih kompleks,
alih-alih apabila ibu berespons secara acak (Glodestein, king, & West,
2003).
Para peneliti juga telah menemukan bahwa
perkembangan kosakata anak memiliki kaitan dengan status sosioekonomi
keluarganya dan tipe percakapan yang diarahkan orang tua terhadap anaknya.
Status sosioekonomi berkaitan dengan seberapa banyak orang tua berbicara dengan
anak-anaknya dan menggunakan kosa kata mereka.
Dalam
penelitian lain mencoba mengaitkan seberapa banyak para ibu berbicara dengan
bayinya dan menggunakan kosa kata. Contohnya, dalam sebuah studi yang dilakukan
oleh Janellen Huttenlocher dan rekan-rekannya (1991), bayi-bayi yang ibunya
lebih sering berbicara, memiliki kosakata yang jelas lebih banyak, kemudian
anak di hari ulang tahun ke dua terlihat banyak kosa kata yang dimilikinya
terlihat cukup besar.
Studi-studi penelitian di atas (NICHD
Early Child Care Reseach Network, 2005) mendemonstrasikan besarnya dampak
percakapan di masa dini dan kemiskinan terhadap perkembangan keterampilan
bahasa anak. Salah satu komponen yang menarik dari lingkungan linguistic anak
kecil adalah child directed speech (CDS), bahasa yang diucapkan dalam nada yang
lebih tinggi dibandingkan nada normal dan menggunakan kata dan kalimat-kalimat
sederhana (Clark, 2009; Zangl & Mills, 2007). CDS sulit dilakukan bila
tidak ada bayi dihadapan kita. Namun, begitu kita berhadapan dengan bayi, kita
akan spontan melakukan CDS. CDS melakukan fungsi penting untuk menangkap perhatian dan
mempertahankan komunikasi dengan bayi (Jaswal & Fernald, 2007). Menyusun
ulang (recasting) adalah mengulangi
perkataan anak dengan cara lain, mengubahnya menjadi bentuk pertanyaan atau
mengulang cara pengungkapan anak yang tidak matang menjadi bentuk kalimat
dengan tata bahasa yang lebih lengkap. Contohnya, “anjing itu menggonggong”,
respons orang tuanya bertanya, “kapan anjing itu menggonggong?”. Recasting yang efektif mengindikasikan minat terhadap
anak.
·
Memperluas (expanding) : mengulang perkataan anak ke
dalam bentuk kalimat yang matang.
·
Member nama (labeling) : mengidentifikasi nama dari
objek. Roger Brown (1958) mengatakan hal ini sebagai “ permainan kata asli”,
bahwa banyak dari kosakata awal anak diperoleh karena dorongan orang tua untuk
mengidentifikasikan kata-kata yang dihubungkan dengan objek.
Anak-anak biasanya memperoleh keuntungan
apabila orang tua mengikuti mereka menemukan bahasa, berbicara mengenai minat
mereka pada saat ini, dan menyediakan informasi yang dapat diproses oleh mereka
cenderung mengatakan kepada orang tua.
Dengan demikian, memberikan informasi lebihbanyak tidak selalu lebih baik.
Kuncinya adalah dukungan dalam perkembangan bahasa, bukan disiplin dan latihan.
Bukan sekedar pula melakukan peniruan dan memperoleh pengetahuan.
Bayi,
balita dan anak kecil meraih keuntungan ketika orang dewasa membacakan buku dan
membaca bersama mereka (De Loache & Gane, 2009; Rodriguez, Hines &
Montiel, 2008; Westerlund & Lagerberg,2008). Membaca buku cerita
terutama menguntungkan bagi anak ketika
orang tuanya memperluas makna cerita dari bukunya dengan cara membahasnya
bersama anak bersama anak dan mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan dan
jawaban ( Barabarin & Aikens,2009;
Whitehurst & Lonigan, 1998). Dalam satu studi, mayoritas ibu A.S. dari
keluarga berpenghasilan rendah dilaporkan cukup rutin membacakan buku pada bayi
dan balita mereka (Raikes & kawan-kawan, 2006). Dalam studi ini, para ibu
etnis kulit putih non-latin dan berpendidikan yang mengasuh anak pertama mereka
cenderung membacakan buku cerita pada
bayi dan balita mereka dibandingkan para ibu etnis Amerika, Afrika dan
Latin yang mengasuh anak kedua dan selanjutnya. Rutin membaca bersama anak-anak
berusia 14-24 bulan berkaitan positif
dengan perkembangan bahasa dan kognitif anak pada usia 36 bulan.
4.
Fonologi dan Morfologi
Anak berusia di bawah tiga tahun
memperlihatkan perkembangan yang agak cepat dari yang awalnya hanya mampu
menghasilkan ungkapan dua kata, menjadi mampu menggabungkan tiga, empat, lima
kata. Antara usia 2 hingga 3 tahun, mereka mulai berkembang dari yang semula
hanya mampu mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari proporsi tunggal,
menjadi mampu mengucapkan kalimat-kalimat kompleks.
Ketika anak-anak kecil mempelajari
fitur-fitur spesial bahasanya sendiri, terdapat keteraturan dalam cara mereka
memperoleh bahasa tertentu Berko Gleason dalam (Santrock:263). Sebagai contoh,
semua anak mempelajari kat depan diatas dan di
dalam sebelum mempelajari kata depan yang lain.
4.1 Memahami
Fonologi dan Morfologi
Selama masa prasekolah, kebanyakan
anak-anak secara bertahap menjadi lebih sensitif terhadap bunyi dari
kata-kata yang diucapkan dan menjadi
semakin mampu menghasikan semua buyi dari bahasa mereka. ketika anak berusia 3
tahun, mereka dapat mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan.
Ketika pemahaman anak-anak sudah
melampaui ungkapan yang terdiri dari dua kata, mereka mendemonstrasikan
pengetahuan mengenai morflogi. Anak-anak mulai menggunakan bentuk kata plural
maupun kata kepunyaan untuk benda (seperti dogs
dan dog’s). Mereka menggunakan
akhiran kata kerja yang tepat (seperti –s ketika subyeknya adalah orang ketiga
tunggal dan –ed untuk past tense). Mereka menggunakan preposisi (seperti in dan
on). Dan berbagai bentuk kata kerja to be (seperti “i was going to the store” atau “saya hendak ke toko”). Beberapa
bukti terbaik yang memeperlihatkan perubahan anak-anak dalam menggunakan
aturan-aturan morfologi adalah dalam overgeneralisasi mereka terhadap
aturan-aturan, seperti ketika seorang anak prasekolah mengatakan “foot” dan bukan “feet” atau “goed” dan
bukan “went”.
Dalam sebuah eksperimen klasik yang dirancang
untuk mempelajari pengetahuan anak-anak mengenai aturan-aturan morfologi,
seperti bagaimana membuat kata jamak (plural).
Jean Berko dalam (Santrock:263)menyajikan kartu-kartu kepada mereka.
anak-anak diminta untuk melihat kartu tersebut sementara pelaku eksperimen
membacakan dengan keras kata-kata di kartu itu. Kemudian anak-anak diminta
untuk melengkapi kata-kata yang hilang. Tugas ini mungkin tampaknya mudah,
namun Berko tertarik pada kemampuan anak-anak untuk mengaplikasikan aturan
morfologis yang sesuai. Dalam kasus ini adalah untuk mengatakan ”wugs”dengan bunyi z yang
mengindikasikan plural.
Meskipun jawaban anak-anak tidak
sempurna, jawaban itu bukan hanya bersifat kebentukan saja. Yang membuat studi
Berko mengesankan adalah kata-kata itu disusun untuk eksperimen. Dengan
demikian, anak-anak tidak dapat mendasarkan respons mereka pada ingatan
terhadap kata-kata yang pernah didengar di masa lalu. Karena mereka tidak dapat
membuat bentuk plural atau past tense dari kata-kata yang belum pernah mereka
dengar sebelumya, maka hal ini membuktikan bahwa mereka mengetahui aturan
morfologi.
4.2 Perubahan
Dalam sintaksis dan Semantik
Anak-anak prasekolah juga mempelajari
dan menerapkan aturan-aturan sintaksis Lieven dalam (Santrock: 264). Mereka
semakin menunjukan penguasaan aturan kompleks mengenai penyusunan kata-kata
yang benar.
Ambil saja contoh pertanyaan wh- seperti, “where is Daddy going?” atau “what
is that boy doing?” untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut benar,
anak harus tahu dua perbedaan penting antara pertanyaan wh- dan pernyataan
afirmatif (misalnya “Daddy is going to
work” dan “The boy is waiting on the
school bus”). Pertama, sebuah kata wh-
harus ditambahkan di awal kalimat. Kedua, di dalam kalimat itu harus disisipkan
kata kerja tambahan-berubah dengan berubahnya subjek dari kalimat. Anak-anak
kecil belajar cukup dini di mana mereka harus meletakkan kata wh-, nmun mereka membutuhkan waktu lebih
lama dalam mempelajari aturan pergantian kata bantu. Jadi, anak-anak prasekolah
mungkin bertanya, “where daddy is going?”
“what that boy is doing”.
Masa kanak-kanak awal juga ditandai oleh
adanya pemahaman menganai semantik. Perkembangan perbendaharaan kata terjadi
secara dramatis Pan & Uccelli dalam (Santrock: 67). Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan hingga 6 tahun, anak-anak kecil belajar
mengenai sebuah kata bru setiap jam (kecuali ketika tidur). Ketika mereka
memasuki kelas satu sekolah dasar diperkirakan anak-anak sudah mengenal 14.000
kata Clark dalam (Santrock: 67).
4.3 Kemajuan
Dalam Pragmatik
Di dalam perkembangan bahasa anak-anak
kecil juga terjadi perubahan pragmatik Bryant dalam (Santrock: 67).
Dibandingkan anak usia 2 tahun, seorang anak berusia 6 tahun memiliki kemampuan
bercakap-cakap yang jauh lebih baik. Kemjuan pragmatik dalam hal apa sajakah
yang berlangsung di masa prasekolah ini?
Anak-anak kecil mulai terlihat dalam
pembeicaraan yang diperluas. Sebagai contoh, mereka mulai belajar aturan-aturan
budaya spesifik mengenai berbicara dan sopan santun, serta menjadi peka
terhadap kebutuhan untuk menyesuaikan ucapan mereka dalam situasi yang berbeda.
Berkembangnya keterampilan linguistik mereka dan meningkatnya kemampuan untuk
mengambil perspektif orang lain berkontribusi bagi generasi mereka yang lebih
kompeten dalam marasi.
Saat anak-anak semakin besar, mereka
menjadi semakin mampu berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada di hadapannya
(misalnya rumah nenek) dan saat ini (misalnya apa yang terjadi pada mereka
kemarin atau yang mungki terjadi besok). Seorang anak prasekolah dapat
memberitahu anda apa yang ia inginkan untuk makan siang besok, sesuatu yag
tidak akan mungkin terjadi pada tahap dua kata dari perkembangan bahasa.
Sekitar usia 4-5 tahun, anak-anak
belajar untuk mengubah baya berbicara mereka agar sesuai dengan situasi.
Sebagai contoh, bahkan anak-anak yang berusia sekitar 4 tahun berbicara secara
berbeda kepada anak usia 2 tahun dibandingkan kepada teman sebaya seusia
mereka. mereka menggunkan kalimat-kalimat yang lebih pendek saat berbicara
dengan anak berusia 2 tahun. Mereka juga berbicara dengan cara yang berbeda kepada orang dewasa
dibandingkan teman sebaya yang seusia, menggunakan bahasa yang lebih sopan dan
formal terhadap orang dewasa Gelman dalam (Santrock:68).
Teman sebaya juga dapat memainkan peranan
pentin dalam aspek-aspek bahasa di samping pragmatik. Sebuah studi terkini
terhadap lebih dari 1.800 anak-anak berusia 4 tahun menunjukkan bahwa kemampuan
bahasa ekspresif teman sebaya (mengomunikasikan bahasa kepada orang lain)
secara positif berhubungan dengan perkembangan bahasa anak-anak yang ekspresif
dan reseptif (apa yang didengar dan dibaca anak-anak) Mashburn dalam (Santrock:
68).
BAB III
ASSESMENT
1. Alat ukur
a. Daftar
Ceklis
Item
|
BB
(Belum
Berkembang)
|
MB
(Mulai
Berkembang)
|
BSH
(Berkembang
Sesuai Harapan)
|
BSB
(Berkembang
Sangat Baik)
|
Anak mampu
mengucapkan a, i, u, e,o
|
|
|
|
|
Anak mampu
mengucapkan kata “ny” (nyamuk, nyapu, nyanyi)
|
|
|
|
|
Anak mampu
mengucapkan kata “ng” (ngompol, ngumpul)
|
|
|
|
|
Anak dapat
mengucapkan kalimat “aku mau bermain di taman”, “aku mau pergi ke kebun
binatang”, dsb.
|
|
|
|
|
Anak dapat
mengucapkan kata jamak (buku-buku)
|
|
|
|
|
Anak dapat
mengucapkan kata ganti (kamu) ?
|
|
|
|
|
Anak sudah dapat
menggunakan kata ganti,seperti; dia, kamu
|
|
|
|
|
Anak sudah dapat menggunakan
kata depan ke-, kata depan di-, ( di atas, di bawah)
|
|
|
|
|
Anak dapat
mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa)
|
|
|
|
|
Anak mampu
mengucapkan kalimat “aku pergi ke kebun binatang”
|
|
|
|
|
Anak mampu
bertanya menggunakan kata :
-
Apa
-
Kenapa
-
Gimana
-
Siapa
-
Dimana
|
|
|
|
|
Anak mampu bercerita
|
|
|
|
|
Anak mampu
menceritakan kembali cerita yang di dengarnya
|
|
|
|
|
Anak mampu
mengucapkan kalimat (rumah nene, besok aku mau main)
|
|
|
|
|
Anak mampu
mengucapkan kata ganti :
-
teman sebaya (kamu)
-
Orang yang lebih tua (ibu
guru)
|
|
|
|
|
b. Instrumen
wawancara
Variabel
|
Item
|
1. Fonologi dan morfologi
|
a.
Apakah anak
mampu mengucapkan a, i, u, e,o ?
b.
Apakah anak
dapat mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa) ?
c.
Apakah anak
dapat mengucapkan ungkpan minimal 4 kata ?
d.
Apakah anak
dapat mengucapkan kata ganti (kamu) ?
e.
Apakah anak
sudah dapat menggunakan kata depan ke- ?
|
2. Sintaksis dan Semantik
|
a. Apakah anak
mampu mengucapkan kalimat dengan lengkap ?
b. Apakah anak mampu
bertanya menggunakan kata :
-
Apa
-
Kenapa
-
Gimana
-
Siapa
-
Dimana
c. Apakah anak
sudah dapat
bercerita ?
|
3. Pragmatik
|
a. Apakah anak
mampu menggunakan kata ganti untuk teman
sebaya (kamu) atau orang yang lebih tua (ibu guru) ?
b. Apakah anak
dapat membicarakan
hal-hal yang tidak ada di
hadapannya, dan yang bukan terjadi sekarang ?
|
BAB IV
DATA
LAPANGAN
A. Subjek
Nama
: Aji (samaran)
Alamat
: Bandung
Umur : 5 tahun
Nama
ortu :
trisno (nama di samarkan)
B. Hasil
Penelitian
1. Wawancara
kelompok kami melakukan
wawancara pada hari jumat, jam 3 sore,
tanggal 8 bulan mei tahun 2015 . wawancara kami
lakukan pada salah satu guru yang mengajar . Kemudian
di bawah ini merupakan hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan salah
satu guru yang mengajar disana.
Mahasiswa : Bagaimana
Keseharian Aji di sekolah ?
Guru :
tahun
kebelakang sudah mulai bermain dan bersosialisasi bersama-sama dengan
teman-teman. pada awal pertama masuk yaitu tahun 2011 ia belum banyak mengenal
kata dan menurut penjelasan dari orang tuanya bahwa aji ituspeech delay, belum banyak kata yang dia tau/ terlambat berkembang.
Karena kedidak tauan itu ia sering marah dan bahkan menangis karena mis tidak
mengerti apa yang ingin aji bicarakan atau aji maksud. Aji juga melakukan
terapi. Awal tahun 2014 mulai ada kata-kata yang muncul, karena sudah masuk
play group dan sekarang bahkan sudah masuk TK sehingga sudah banyak
bersosialisasi dengan teman-teman yang lainnya, sudah bisa bermain bersama
teman dan aji sudah merasa percaya diri.Kata pertama yang keluar pada saat di
sekolah yaitu panggilan “Mis”, serta bahasa
tubuh.
Mahasiswa : Apakah
Kata-kata yang aji utarakan sudah sempurna?
Guru :
Belum
sempurna akan tetapikita mulai paham apa yang ingin ia bicarakan. Misalnya
terjatuh “mis tadi aku jatuh.. tadi aku jatuh..” membuat kata-kata itu
berputar-putar kalau kita tidak tau dan salah mengartikannya, ia akan marah dan
menangis sampai kita mengerti apa maksud uacapnnya itu. Contoh lain pada saat
ia ingin minum susu “mis, aji mau emmm..emm..”(karena ia kesusahan dalam
menyampaikan apa yang ingin dibicarakannya tersebut akhirnya ia pun memakai
bahasa tubuh).
Mahasiswa : Apakah
aji sudah bisa bertanya?
Guru :
Kalau
sekarang sudah ada pertanyaan dengan kalimat sederhana. Misalnya ketika ada
kejadian di tk ia akan cerita. Salah satu contohnya yaitu pada saat ia tidak
memakai seragam tk “mis, mis, seragam aji!” “tadi aji gak sama bajunya. Kemana?
baju aji ada dimana?” Kita paham apa yang dia ungkapan. Aji mengungkapkan berdasarkan
apa yang dia tahu dan apa yang dia pahami tapi maksudnya itu yang lain. Mahasiswa :Apakah
aji memahami mengenai keterangan waktu seperti kemarin dan besok ?
Guru :
Sebatas
sekarang, besok. Kalau nama hari belum tau. Misalnya ketika tidak masuk sekolah
“aji libur”. Baru paham dengan pelafalan tidak berfikir yang penting
menyampaikan apa yang dia tau. Contoh lain ketia ia mau bercerita pada saat
pergi ke Jakarta. “Libur aji ke jakarta”.
Mahasiswa : Apakah
aji sudah bisa melafalkan Alfabet?
Guru :
Sudah
bisa, akan tetapi ada kesuliatan pada saat mengucapkan huruf r, s, t. Kareana
di rumah orang tuanya menggunakan bahasa inggris, sehingga yang sering aji ucapkan
pada saat terapi itu ia mengucapkan “No, Yes”, sampai sekarang kata-kata bahasa
ingris lainnya masih tetap ada.
Pada
saat ia maubercerita, uacapan yang ia keluarkan yaitu kata-kata yang dia punya/ketahui
dan dengan gerak/bahasa tubuh. Misalnya pada saat bercerita aji sedang lari dan
terjatuh “Aji kemarin nanana huaaah...” kemudian mis bertanya “aji jatuh?”
barulah aji menjawab “iya, aji jatuh”.
Mahasiswa : Apakah
aji sudah bisa menggunakan Kata ganti?
Guru :
Kadang-kadang
ia menggunakannya, akan tetapi belum semuanya. Misalnya kalau ia ingin menyebutkan
mis yang tidak ia ketahui namanya/lupa, aji cuman menunjuk mis tersebut. mislnya
pada saat ia di dorong oleh temannya, akan tetapi ia lupa namya temannya aji
berkta “itu tadi dorong ini”.
Ø Kesimpulan Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kepada
salah satu guru wali kelas Aji, kami mendapatrkan informasi bahwa, orang tua
Aji mengatakan bahwa putranya mengalami speech delay atau hambatan berbicara.
Beberapa informasi yang kami dapatkan seputar Aji yang mengalami hambatan
berbicara adalah beberapa orang yang di sekeliling Aji kurang paham maksud yang
diinginkan Aji, sehingga Aji sering marah dan menangis karena maksud yang ingin
disampaikan tidak tersampaikan dengan baik ke orang yang dituju. Aji juga belum
bisa mengucapkan kalimat dengan sempurna, kosakata yang dimiliki Aji pun juga
belum banyak. Karena masih kurangnya kosakata yang Aji miliki, ketika Aji
menginginkan sesuatu dan sulit untuk mengungkapkan dalam bentuk kata-kata, Aji
menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan maksudnya. Termasuk kosakata
nama-nama hari pun Aji masih belum paham, seperti yang dijelaskan oleh guru
wali kelas Aji, ketika Aji ingin
menceritakan bahwa pada suatu hari ia berlibur ke Jakarta, Aji hanya
mengungkapkan bahwa “Libur, Aji ke Jakarta” , ia tidak menyebutkan pada hari
apa dia berlibur ke Jakarta. Berdasarkan info yang kami dapatkan dan
dihubungkan dengan indikator dan beberapa item dalam instrument penilaian
perkembangan bahasa yang kami buat, kami menyimpulkan bahwa indikator dan
beberapa item yang terdapat pada sub variable fonologi dan morfologi serta
sintaksis dan semantik masih belum semuanya dikuasai oleh Aji.
2. Daftar
Ceklis
Item
|
BB
(Belum
Berkembang)
|
MB
(Mulai
Berkembang)
|
BSH
(Berkembang
Sesuai Harapan)
|
BSB
(Berkembang
Sangat Baik)
|
Anak mampu mengucapkan
a, i, u, e,o
|
-
|
-
|
-
|
√
|
Anak mampu
mengucapkan kata “ny” (nyamuk, nyapu, nyanyi)
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu
mengucapkan kata “ng” (ngompol, ngumpul)
|
-
|
-
|
√
|
-
|
Anak dapat
mengucapkan kalimat “aku mau bermain di taman”, “aku mau pergi ke kebun
binatang”, dsb.
|
-
|
-
|
√
|
-
|
Anak dapat
mengucapkan kata jamak (buku-buku)
|
√
|
-
|
-
|
-
|
Anak dapat
mengucapkan kata ganti (kamu) ?
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak sudah dapat
menggunakan kata ganti,seperti; dia, kamu
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak sudah dapat
menggunakan kata depan ke-, kata depan di-, ( di atas, di bawah)
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak dapat
mengucapkan keterangan waktu (besok, lusa)
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu
mengucapkan kalimat “aku pergi ke kebun binatang”
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu
bertanya menggunakan kata :
-
Apa
-
Kenapa
-
Gimana
-
Siapa
-
Dimana
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu bercerita
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu menceritakan
kembali cerita yang di dengarnya
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Anak mampu
mengucapkan kalimat (rumah nene, besok aku mau main)
|
-
|
-
|
√
|
-
|
Anak mampu
mengucapkan kata ganti :
-
teman sebaya (kamu)
-
Orang yang lebih tua
(ibu guru)
|
-
|
-
|
√
|
-
|
3. Hasil
Observasi
Kejadian
Aji
dapat mengucapkan huruf vocal seperti a,i,u,e,o saat bercerita tentang film
kartun yang disukai, film itu berjudul toy’s
story. Menyebutkan nama pemain dalam kartun toy’s story menggunakan gambar yang ada di baju aji. Aji bermain dengan Bagus dan bercerita tentang toy’s story. Saat bercerita, teman aji
mengatakan bahwa aji terjatuh dan berdarah. Aji pun menceritakan tentang
kejadian aji jatuh dan
berdarah.
Komentar
Aji tidak banyak berkata dengan orang yang
terdapat disekelilingnya. Saat bercerita aji tidak bisa mengatakan huruf “s”
saat di kalimat “toy’s story’ menjadi “toy tory”.
BAB V
SIMPULAN
Bahasa
adalah suatu bentuk komunikasi-baik yang diucapkan, ditulis, atau
diisyaratkan-yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.(Santrock, 2012). Bahasa
terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh komunitas serta ketentuan-ketentuan
yang dipoerlukan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut. Kita membutuhkan bahasa
agar dapat bercakap-cakap dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca
dan menulis. Bahasa juga memiliki
system-sistem aturan berbahasa yang meliputi : 1). Fonologi 2). Morfologi 3).
Sintaksis 4). Smantik 5). Pragmatik .
Dalam bahasa ada yang di sebut dengan perkembangan
bahasa Menurut ahli sejarah kuno, penguasa jerman di abad ketigabelas,
Frederick II, pernah mencetuskan gagasan yang kejam , ia ingin mengetahui
bahasa seperti apa yang akan di gunakan anak-anak apabila tidak seorang pun
pernah berbicara mereka. Apapun bahasa yang mereka pelajari , bayi diseluruh
dunia mengikuti jalur perkembangan bahasa yang sama. Kemudian dalam
perkembahasa mencakup beberapa hal anatara lain : mengenali bunyi bahasa,
celotehan dan vokalisasi lain, bahasa tubuh, kata-kata pertama, dan ungkapan
kata kedua . perkembangan bahasa juga dapat di penguruhi oleh beberpa fktor
yaitu pengruh factor biologis, dan factor lingkungan , yang mana kedua faktor
tersebut sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
Kemudian dalam berbahasa anak akan memahami tentang
fonologi dan morfogi bahasa, perubahan dalam smantik dan sintaksis, dan yang
terakhir kemajuan dalam pragmatik.
Penialain perkembangan bahasa yang kami lakukan
menggunakan assessment/ alat ukur : 1) daftar ceklis dan 2). Wawancara. Data
lapangan yang di peroleh kelompok kami melakukan wawancara pada hari jumat, jam 3 sore, tanggal 8 bulan
mei tahun 2015 .
sekian semoga bermanfaat :)