Minggu, 08 November 2015

POLA ASUH ORANG TUA

Menurut baumrind (dalam Dariyo, 2007, 206) ada 4 jenis poa asuh  yakni (1) otoriter (authoritarian) (2) premisif (permisiv) (3) demokratis (authortative) dan (4) situational (sititational)
1.       Pola asuh otoriter
dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan maupun kehendak dijadikan patokan (aturan) yang harus di taati oleh anak-anak, supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anakny. Rang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah , maka sering kali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantunya . kondisi tersebut  mempengaruhi perkembangan diri anak , banyak anak yang d didik dengan pola asuh ototiter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suka membantah, membrontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial. Kadang-kadang anak tidak mempunyai sikap  peduli, antipasti, pesimis dan anti sosial . hal ini akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, atau ide pemikiran maupun inisiatifn, apapun yang dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tua nya.
2.       Pola asuh permisif
Seballiknya dengan tope pola asuh permisif ini , orang tua  justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara uas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua tuntutan dan kehendak anaknya.  Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat di tentukan oleh kemauan dan keinginan anak, jadi anak merupakan sentral dari egala aturan dalam keluarga dengan demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat, maupun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah di perhatikan oleh anak.
Bila anak mamu mengatur seluruh pemeikiran , sikap dan tindakannya dengan baik kemungkingan untuk mengembangkan kreativitas dan bakatnya. Seingga ia menjadi seorang individu tak banyak di temui dalam kenyataan, karena sebagaian besar anak tdak mampu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
 Besar anak tidak mampu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik,baiknya . mereka justru menyalahgunakan suatu kesempatan, sehingga cenderung melakukan tindakan-tindakan yang melanggar nilai-nilai norma dan aturan-aturan sosial. Dengan demikian perkembangan diri anak cenerung menjadi negative.
3.       Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis (authoritative) ialah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkn pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orangtua. Baik orangtua maupn anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mdencapai suatu keputusan . dengan demikian orangtua dan anak  dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat secara konstruktif, logis, rasional demi mencapai kesepakatan bersama , krena hubungan komunikasi antara orangtua dengan anak dapat berjalan menyenangan, maka  terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada dri anak. Anak makin mandiri, matang dan  dapat berjlan secara efektif bila ada (3) syarat yaitu :  (1) orang tua dapat menjalan fungsi sebgai orang tua yang memeri kesempata kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya (2) anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orangtua belajar orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya (3) orang tua  belajar memberi kepercayaan dan tanggungjawab terhadap anaknya.
4.       Pola asuh situasional

Tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang menerapkan pola asuh tak tahu apa nama/jenis pola suh yang dipergunkn, sehingga secara tak beraturan menggunakan pola suh permisif, otoriter maupun demokratis . hal ini disesuaikan dengn kondisi, situasi tempat dan waktu setiap kelurarga yang bersangkutan


referensi
Dariyo, A . (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama . Bandung : PT Refika Aditama